Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menyetujui rencana kerja dan anggaran biaya (RKAB) PT Freeport Indonesia periode 2024 sampai dengan 2026.
Produksi bijih atau ore dari PTFI selama 3 tahun mendatang dipastikan naik, kendati izin ekspor konsentrat ditenggat sampai dengan Mei 2024.
“RKAB PTFI sudah kita setujui untuk 2024 sampai dengan 2026,” kata Plt Dirjen Minerba Bambang Suswantono saat konferensi pers di Jakarta, Selasa (16/1/2024).
Berdasarkan paparan Bambang, rencana produksi ore dari PTFI pada 2024 dipatok di level 63,16 juta ton. Selanjutnya, rencana produksi ore PTFI pada 2025 dan 2026 masing-masing ditetapkan sebesar 77,52 juta ton dan 79,12 juta ton.
Di sisi lain, Bambang mengatakan, kementeriannya masih memproses permohonan perpanjangan izin ekspor konsentrat PTFI untuk periode tahun ini. Seperti diketahui, relaksasi ekspor konsentrat Freeport bakal berakhir Mei 2024.
Kendati demikian, PTFI memberi sinyal potensi pemangkasan kapasitas produksi sampai 40% apabila permohonan perpanjangan izin ekspor hingga Desember 2024 tidak disetujui Kementerian ESDM. Alasannya, kemampuan produksi penuh dari smelter Manyar di Gresik, Jawa Timur nantinya baru bisa dicapai pada Desember 2024.
Baca Juga
“Untuk masalah ekspor konsentratnya mereka juga harus izin lagi kepada kita, saat ini masih proses,” kata Bambang.
Seperti diberitakan sebelumnya, Presiden Direktur PTFI Tony Wenas mengatakan, perseroan kemungkinan bakal memangkas 40% kapasitas produksi pada RKAB 2024 seiring dengan tenggat relaksasi ekspor konsentrat yang diputus pada Mei 2024.
Konsekuensinya, penerimaan negara bisa susut sekitar 50% akibat penyesuaian rencana kerja tahun depan tersebut. Tony mengatakan, kemungkinan penyesuaian itu mesti diambil lantaran izin relaksasi ekspor konstrat tembaga yang diberikan pemerintah hanya sampai Mei 2024.
“Kalau peraturannya kemudian melarang, ya sayang saja bahwa di RKAB kami 2024 ini kami terpaksa harus mengurangi sekitar 40% dari produksi, penerimaan negara juga berkurang sekitar 50% itu kan cukup besar,” kata Tony, Selasa (24/10/2023).
Tony mengatakan, perseroan terus berkoordinasi dengan pemerintah ihwal kemungkinan relaksasi tambahan hingga Desember 2024 nanti. Dengan demikian, rencana produksi masih bisa ditetapkan progresif seiring dengan peningkatan jumlah tambang di sisi hulu pada tambang bawah tanah, Grasberg, Papua saat ini.
Lewat tiga blok tambang yang saat ini beroperasi di kawasan Grasberg, kapasitas produksi tahunan PTFI mencapai di angka sekitar 1,6 miliar pound tembaga dan 1,6 juta ounce emas.
“Kita bicara terus dengan pemerintah, kita sedang berdiskusi terus,” kata dia.