Bisnis.com, JAKARTA - Rencana impor beras hampir selalu menuai polemik. Tidak sedikit yang membenci, meski akhirnya tetap dibutuhkan untuk menjadi solusi.
Penolakan keras rencana pemerintah impor beras 3 juta ton muncul dari kalangan serikat petani. Mereka berniat melakukan demo besar-besaran dalam waktu dekat.
Ketua Umum Serikat Petani Indonesia (SPI), Henry Saragih tengah merencanakan aksi unjuk rasa menolak impor beras di tahun ini. Aksi unjuk rasa dijadwalkan bersama Partai Buruh dalam beberapa hari mendatang dan tersebar di berbagai wilayah.
"Ya kita akan melakukan mobilisasi, mendesak pemerintah untuk menghentikan impor [beras]. Kita sedang bersiap-siap," ujar Henry saat dihubungi, Selasa (9/1/2024).
Henry menjelaskan, para petani mengkhawatirkan impor beras akan memukul harga gabah saat panen raya mendatang.
Adapun saat ini rata-rata harga gabah kering panen (GKP) petani masih di kisaran Rp7.000 per kilogram. Adanya agenda impor dalam jumlah besar dianggap berisiko menurunkan harga GKP saat panen raya hingga di bawah Rp6.000 per kilogram.
Baca Juga
"Nanti kalau sudah panen raya itu mungkin saja di bawah Rp6.000 karena impor beras itu akan datang di musim panen [padi]," kata Henry.
Di sisi lain, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi menilai impor beras perlu dilakukan lantaran produksi beras pada Januari dan Februari 2024 diprediksi minim.
"Kenapa, karena kemarin climate change sehingga Pak Dirut Bulog diperintahkan mengimpor 2 juta ton untuk meng-cover," ujar Arief saat ditemui di Kantor Bulog, Kamis (11/1/2024).
Arief yang merupakan mantan Direktur Utama RNI itu pun menekankan harga beras akan melambung tinggi apabila impor tidak dilakukan. Saat ini, harga beras di konsumen maupun harga gabah di petani masih dalam kondisi yang baik dan stabil.
Dia optimistis harga gabah dan beras akan kembali turun apabila produksi beras nasional secara bulanan telah melampaui 2,5 juta ton.
"Importasi yang dilakukan oleh Bulog hari ini tidak mempengaruhi harga di tingkat petani, betul enggak," jelas Arief.
Kendati demikian anggapan tersebut dibantah oleh Pengamat pertanian sekaligus Ketua Komunitas Industri Beras Rakyat (Kibar), Syaiful Bahari yang menyebut harga beras di awal 2024 masih akan tetap tinggi. Penyebabnya, suplai gabah petani yang masih terbatas.
Terlebih, lanjutnya, jumlah dan waktu impor beras tiba di Tanah Air juga belum bisa dipastikan. Belum lagi jika importasi tersebut diprioritaskan untuk kebutuhan bantuan pangan, alih-alih untuk operasi pasar secara masif.