Bisnis.com, DENPASAR - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memastikan peta jalan hilirisasi pasir silika telah rampung dan dalam proses penawaran kepada investor. Silika (SiO2) sebagai bahan baku semikonduktor memiliki potensi besar sebagai penghasil devisa negara dan penciptaan lapangan kerja.
Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Eletronika Kemenperin Taufiek Bawazier mengatakan, silika menjadi salah satu komoditas oksida yang memiliki fungsi besar untuk membangun industri semikonduktor.
"Silika ini sekarang sudah mulai membangun dan berprogres, dan ada beberapa tempat di Kalimantan sedang kita cek," kata Taufiek dalam Jumpa Pers Kementerian Perindustrian 2023, dikutip Sabtu (30/12/2023).
Dalam hal ini, Taufiek menegaskan hilirisasi silika menjadi salah satu langkah Kemenperin untuk menangkap potensi sumber daya alam yang memiliki nilai tambah besar.
Selama ini, pengembangan semikonduktor dalam negeri belum optimal lantaran Indonesia belum memiliki industri pengolahan silika hingga menjadi wafer silikon, khususnya solar grade silicon (SGS). Upaya ini disebut dapat mendukung kemandirian industri photovoltaic (PV) module dan semikonduktor.
"Artinya, bentuk pasir dan batu tadi bisa kita olah menjadi satu nilai tambah, termasuk sumber yang lain, monasit, niobium, dan lainnya yang fungsinya sangat luar biasa dan nilai tambahnya sampai ratusan dolar," tuturnya.
Baca Juga
Dari sisi potensi bahan baku industri PV dan semikonduktor, data BPS tahun 2022 menyebutkan bahwa potensi nilai substitusi impor untuk wafer silikon mencapai US$17,7 juta, US$120 juta produk semikonduktor, US$6,2 juta untuk solar cell tidak dirakit, dan US$65,9 Juta untuk solar cell dirakit.
Berdasarkan Sistem Informasi Industri Nasional (SIINas) Kemenperin, saat ini tercatat ada 21 perusahaan pengolahan pasir silika dengan kapasitas terpasang 738.536 ton per tahun dengan realisasi volume produksi dari 9 perusahaan pada 2022 sebesar 404.755 ton.
"Kemenperin sudah membuat roadmap-nya semua, di mana titik sumber-sumber daripada bahan material tadi dan kita offering ke investasi yang memang nanti memberikan nilai tambah dan menyerap tenaga kerja," terangnya.
Secara bertahap, hilirisasi silika menjadi salah satu contoh upaya penguatan untuk 39 kluster industri yang disertai juga dengan huluisasi sehingga sektor Industri Indonesia dapat berdikari dalam rantai suplai dalam negeri atau tidak memerlukan bahan baku/penolong dari luar negeri.
Namun, salah satu tantangannya, yakni pembangunan manufaktur semikonduktor di Indonesia yang masih perlu keseriusan pemerintah Indonesia dalam membangun ekosistem semikonduktor
"Pembangunan industri ini butuh investasi, kita harapkan pendanaan dari dalam negeri, kalau tidak ada sumber dana besar dari dalam negeri, kita buka dari luar negeri, yang penting nilai tambahnya ada dalam negeri," pungkasnya.