Optimalisasi Potensi Desa
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Departemen Formalitas dan Komunikasi SKK Migas Wilayah Papua dan Maluku Galih W. Agusetiawan menuturkan rehabilitasi terumbu karang di perairan kawasan Papua Barat ini merupakan salah satu bagian dari program besar yang merupakan hasil dari kerja sama antara Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dalam pengembangan pariwisata lokal.
Kemenparekraf dan Kementerian ESDM khususnya sektor hulu migas mengoptimalisasi Program Pemberdayaan Masyarakat (PPM) melalui kegiatan ekonomi kreatif untuk mendukung kegiatan operasi migas. PPM hulu migas ini menjadi sebuah kewajiban yang harus dilakukan oleh para Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) blok migas di Tanah Air.
Adapun PPM ini memiliki pengembangan bidang sosial ekonomi, pendidikan, kesehatan, infrastruktur dan lingkungan yang diberikan kepada masyarakat sekitar daerah operasi migas, sebagai tanggung jawab dalam menjaga keberlangsungan usaha migas dan lingkungan di sekitar wilayah operasi migas.
Salah satu yang dilakukan dengan mengembangkan sejumlah desa wisata kreatif di bawah naungan PPM sebagai upaya untuk memanfaatkan potensi lokal sebagai local champion yang mampu bersaing baik di tingkat nasional maupun internasional.
“PPM diharapkan dapat memberikan manfaat yang signifikan bagi masyarakat lokal, meningkatkan perekonomian daerah, serta memperkuat industri hulu migas di Indonesia,” tuturnya.
Galih menambahkan di Indonesia Timur, program PPM telah dilakukan sejak 2019 dimana kala itu masih dalam pilot project menciptakan desa wisata yang dekat dengan wilayah operasi KKKS blok migas.
Baca Juga
“PPM merupakan program yang ada dalam UU di mana setiap perusahaan migas yang berada di bawah hulu migas harus melakukan PPM. Ini berbeda dengan Corporate Social Responsibility (CSR). Pertamina dan beberapa KKKS mulai membuat daerah-daerah di sekitar wilayah kerjanya memiliki target-target wisata,” terangnya.
Dia menilai melalui PPM ini dapat menjadi katalis untuk memberikan nilai tambah terhadap potensi desa sehingga akhirnya berdampak pada meningkatnya perekonomian masyarakat.
Salah satu yang dilakukan PPM yakni rehabilitasi terumbu karang di Pulau Soop yang selama ini telah menjadi destinasi pariwisata. Diharapkan dengan pulihnya ekosistem terumbu karang akan makin menarik turis datang di Pulau Soop selain ke kawasan Kepulauan Raja Ampat.
“Pulau Soop memang telah jadi destinasi wisata, tapi memang tidak banyak karena terumbu karang yang rusak. Dengan rehabilitasi ini akan dapat menarik banyak wisatawan dan juga berdampak pada ekosistem pariwisata berkelanjutan,” ujar Galih.
Untuk diketahui, Sorong menjadi kota transit dan juga penyangga bagi pariwisata Kabupaten Raja Ampat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kepulauan Raja Ampat paling banyak terjadi pada 2019 yakni 46.375 jiwa terdiri dari 24.090 wisatawan mancanegara (wisman) dan 22.285 wisatawan nusantara (wisnus).
Di tahun 2020, jumlah wisatawan ke Raja Ampat mengalami penurunan tajam sebagai akibat dari badai Pandemi Covid-19 menjadi hanya 8.253 jiwa meliputi 7.439 orang wisman dan 814 wisnus. Setahun kemudian, pada 2021, jumlah pelancong merosot lagi hanya 2.230 orang terdiri atas 697 wisman dan 1.533 wisnus.
Tahun 2022, jumlah kunjungan ke Raja Ampat mulai meningkat lagi mencapai sebanyak 5.725 jiwa meliputi 4.973 wisman dan 752 wisnus. Bahkan, pada periode Januari hingga Juli 2023 saja sudah mencapai 12.048 jiwa sehingga menunjukkan wisata Raja Ampat kembali bergeliat.
Di sisi lain, Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel bintang di Kota Sorong pada Oktober 2023 tercatat sebesar 65,34% atau meningkat 18,52 poin dibandingkan TPK September 2023 yang tercatat sebesar 46,82% . Jika secara tahunan (year-on-year/YoY), maka TPK Oktober 2023 lebih tinggi 8,82 poin dari TPK Oktober 2022 yaitu sebesar 56,52%. Adapun TPK merupakan gambaran produktivitas usaha jasa akomodasi.
Rata-rata lama menginap tamu asing dan Indonesia pada hotel bintang di Kota Sorong mencapai 1,79 hari selama Oktober 2023. Secara umum, rata-rata lama menginap tamu nusantara Oktober 2023 lebih tinggi dari rata-rata lama menginap tamu mancanegara, yaitu masing-masing 1,82 hari dan 1,56 hari.