Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah bank-bank sentral dunia merespons keputusan bank sentral AS Federal Reserve (The Fed) yang mempertahankan suku bunganya pada pertemuan terakhir tahun ini.
The Fed mempertahankan suku bunga acuan federal fund rate (FFR) di kisaran 5,25% - 5,5% dalam pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) yang berakhir 13 Desember 2023.
Kepala Dewan Gubernur The fed Jerome Powell mengatakan pengetatan kebijakan moneter kemungkinan besar akan berakhir dan diskusi mengenai pemotongan suku bunga mulai terlihat.
Pernyataan Powell, yang disampaikan dalam konferensi pers setelah berakhirnya pertemuan kebijakan terakhir bank sentral tahun ini, sejalan dengan proyeksi dari 19 pembuat kebijakan yang hampir sepakat bahwa suku bunga akan turun pada tahun 2024, banyak di antaranya dengan selisih yang besar.
“Anda lihat bahwa masyarakat tidak menuliskan rencana kenaikan suku bunga. Kami berpikir bahwa kami telah melakukan cukup banyak hal,” kata Powell seperti dikutip Reuters.
Sejumlah bank-bank sentral dunia merespon kebijakan The Fed. Dari Bank Sentral Eropa (ECB), bank-bank sentral di Jerman hingga Inggris menyatakan bahwa perlambatan inflasi tidak dapat dianggap sebagai hal yang pasti.
Baca Juga
Terlepas dari apa yang diperkirakan oleh pasar keuangan, para pembuat kebijakan mengatakan bahwa pelonggaran kebijakan tidak ada dalam rencananya pada saat ini.
“Kita tidak boleh menurunkan kewaspadaan kita,” jelas Presiden Bank Sentral Eropa Christine Lagarde kepada wartawan.
Kepala makro global di ING, Carsten Brzeski, mengatakan bahwa bagaimanapun ECB tertinggal dari The Fed.
“Kita akan melihat lebih banyak siklus penurunan di AS yang akan memungkinkan The Fed untuk benar-benar melakukan penurunan suku bunga tahun depan, sementara di Eropa kita tidak terbang tinggi, sekarang kita kembali melambat,” jelasnya.
ECB sendiri mempertahankan suku bunganya pada pertemuan kedua seiring dengan penurunan inflasi, namun mengatakan pihaknya akan meningkatkan upaya keluar dari stimulus era pandemi sebesar US$1,8 triliun.
Suku bunga deposito berada pada rekor 4% dan ECB menegaskan kembali bahwa tingkat ini akan memberikan kontribusi besar untuk mengembalikan pertumbuhan harga konsumen ke target 2%.
Beralih ke Bank sentral Inggris, sang Gubernur BOE, Andrew Bailey, mengamati bahwa “masih ada jalan yang harus ditempuh” dalam upaya untuk menjinakkan harga konsumen.
BOE khususnya menunjukkan keinginan untuk tetap pada kebijakan moneter yang ketat, karena tiga dari sembilan pengatur suku bunga bahkan memberikan suara untuk kenaikan lainnya.
Bank sentral tersebut mempertahankan suku bunga pada level tertinggi dalam 15 tahun sebesar 5,25%, dengan tetap berpegang pada pesannya bahwa biaya pinjaman akan tetap tinggi untuk beberapa waktu meskipun ada peningkatan spekulasi terhadap gelombang pemotongan pada 2024.
Selain itu di Norwegia, suku bunga dinaikan satu kali lagi dengan kenaikan lainnya bukanlah bagian dari rencana.
“[Suku bunga kebijakan] kemungkinan akan dipertahankan pada 4,5% untuk beberapa waktu,” terang Gubernur Ida Wolden Bache.
Kemudian pada Kamis (14/12) para pejabat bank sentral Swiss juga menyerukan diakhirinya pengetatan dan bahkan mengisyaratkan peralihan dari penjualan mata asing. Namun, penurunan suku bunga juga tidak menjadi solusi.
Mengutip Reuters, Sabtu (16/12) bank nasional tersebut, SNB, mempertahankan suku bunga pada 1,75% untuk pertemuan kedua berturut-turut setelah inflasi tetap berada dalam target bank sentral sebesar 0%-2% selama enam bulan berturut-turut pada November 2023.
Merespons keputusan The Fed, Dana Moneter Internasional (IMF) juga mengatakan bahwa bank sentral di negara-negara tidak perlu terburu-buru mengikuti langkah bank sentral AS tersebut.
Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva mengingatkan bahwa bank sentral di seluruh dunia sebaiknya tidak tergesa-gesa melonggarkan langkah-langkah untuk mengatasi inflasi, meskipun Federal Reserve (The Fed) telah memberikan isyarat perubahan kebijakan pada tahun 2024
Georgieva menuturkan bahwa ada risiko ketika suatu negara mengklaim telah berhasil mengatasi inflasi sebelum waktunya, yang dapat membuat situasi semakin sulit.
“Terkadang negara-negara menyatakan kemenangan sebelum waktunya dan kemudian inflasi semakin mengakar dan perjuangan menjadi lebih sulit,” terangnya kepada wartawan di Seoul, seperti dikutip dari Bloomberg, Jumat (15/12/2023).
Adapun, bank sentral Amerika Serikat (AS) tersebut mempertahankan suku bunga acuan dalam pertemuan ketiga berturut-turut. Bahkan, para pejabat juga mulai meramal pemangkasan suku bunga pada tahun depan.