Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat inflasi pada November 2023 mencatat 2,86% secara tahunan (year-on-year/yoy).
Inflasi tahunan November 2023 tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar 2,56% yoy. Kenaikan terutama disebabkan oleh kenaikan harga makanan pokok, termasuk beras, cabai merah, dan cabai rawit.
Ekonom Bank Danamon Irman Faiz menyampaikan bahwa puncak dari permintaan akhir tahun yang meningkat dan persediaan yang terbatas akibat musim El Nino dalam beberapa bulan terakhir telah memicu lonjakan yang cukup besar.
Hal ini tercermin dari inflasi pada komponen harga bergejolak yang mencapai 7,59% yoy pada November 2023.
“Selain itu, biaya transportasi, terutama tarif penerbangan, juga meningkat karena meningkatnya permintaan menjelang akhir tahun,” kata Faiz, Jumat (1/12/2023).
Pada November 2023, inflasi komponen inti tercatat sebesar 1,87% yoy, lebih rendah dari bulan sebelumnya sebesar 1,91% yoy. Meski harga sewa rumah dan gula menunjukkan tren kenaikan, tapi komponen lainnya tetap rendah karena tekanan biaya input yang moderat.
Baca Juga
Faiz mengatakan, pada saat yang sama, sektor manufaktur mengalami percepatan ekspansi pada November 2023, tercermin dari PMI yang lebih tinggi pada level 51,7, dibandingkan dengan 51,5 pada Oktober 2023.
Dengan berbagai perkembangan tersebut, Faiz memperkirakan tingkat inflasi Indonesia pada akhir 2023 akan berada di bawah 3%, terkendali dalam sasaran target Bank Indonesia.
“Dengan semua angka-angka ini, kami mempertahankan perkiraan inflasi umum akhir tahun di 2,7% yoy, jauh di bawah target atas BI,” katanya.
Dia menambahkan, base effect yang masih ada dari penyesuaian harga bahan bakar bersubsidi tahun lalu dan biaya input yang moderat akan mendukung rendahnya inflasi pada akhir tahun.