Bisnis.com, JAKARTA - China kemungkinan akan menunggu hingga awal tahun depan untuk menurunkan suku bunga kebijakan untuk mendukung perekonomian.
Perkiraan tersebut berdasarkan dari survei terbaru Bloomberg, meskipun bentuk-bentuk pelonggaran lain sebelum akhir tahun ini melalui pemangkasan suku bunga jangka pendek atau rasio cadangan masih memungkinkan.
Menurut survei tersebut, responden menyatakan bahwa mereka memperkirakan suku bunga fasilitas pinjaman jangka menengah satu tahun China tetap pada level 2,5% pada akhir 2023, dibandingkan dengan perkiraan median sebelumnya yang mencakup pemangkasan sebanyak 5 basis poin.
Pemangkasan kemungkinan besar akan terjadi pada kuartal I/2024. Sebanyak 12 dari 20 ekonom memperkirakan bank sentral China atau PBOC menurunkan suku bunga pinjaman satu tahun sebesar 5 bps atau lebih.
“Kebijakan moneter memainkan peran kedua setelah kebijakan fiskal dalam mendukung pemulihan,” jelas ekonom China di Pantheon Macroeconomics Ltd., Duncan Wrigley dan Kelvin Lam, seperti dikutip dari Bloomberg, Jumat (24/11/2023).
Hasil survei menunjukan bahwa pembuat kebijakan China mungkin telah selesai menurunkan suku bunga utama pada tahun ini. Meskipun data terkini masih menunjukkan beberapa masalah, secara keseluruhan ekonomi China berada pada jalur yang tepat untuk mencapai atau melampaui target pertumbuhan tahunan resmi pemerintah sekitar 5%.
Baca Juga
Responden dalam survei terbaru memperkirakan perekonomian akan tumbuh sebesar 5,2% pada 2023, dan kemudian melambat menjadi 4,5% pada 2024. Perkiraan ini tidak berubah dari survei bulan lalu.
Sebelumnya, bank sentral China (PBOC) menurunkan suku bunga fasilitas pinjaman jangka menengah (MLF) dua kali, pada bulan Juni dan Agustus 2023, untuk membantu pemulihan yang kehilangan momentum.
Ruang gerak dalam menentukan suku bunga masih terbatas, mengingat semakin sempitnya margin keuntungan bagi bank sebelum tingkat tabungan mereka kembali menurun. Peningkatan deposito berjangka juga meningkatkan biaya bagi pemberi pinjaman.
Para ekonom memproyeksikan bahwa pemerintah akan mempertimbangkan penambahan likuiditas ke dalam sistem keuangan melalui cara lain, terutama untuk memastikan penerbitan utang negara untuk proyek infrastruktur, yang seharusnya membantu pertumbuhan.
“Pemotongan rasio cadangan [reserve requirement ratio/RRR] sangat mungkin terjadi, selain tambahan pendanaan MLF,” tulis para ekonom Pantheon, mengutip kebutuhan untuk memfasilitasi penerbitan obligasi pemerintah tersebut.
Pemerintah juga berfokus pada langkah-langkah untuk membantu sektor properti yang sedang mengalami kesulitan, yang menjadi tantangan besar bagi perekonomian.
China akan mengizinkan bank untuk menawarkan pinjaman jangka pendek tanpa jaminan kepada pengembang yang memenuhi syarat. Adapun, pinjaman tersebut pertama kalinya dilakukan sebagai upaya untuk meringankan krisis properti.
Responden dalam survei memperkirakan bahwa RRR untuk bank-bank besar dipangkas sebesar 25 bps pada kuartal ini, tidak berubah dari survei bulan lalu. Mereka juga memproyeksikan pemangkasan sebesar 5 bps untuk suku bunga kebijakan jangka pendek. Responden dalam survei bulan lalu memperkirakan pemangkasan sebesar 10 bps.
Ekonom di Maybank Investment Banking Group Erica Tay menuturkan bahwa semangat berinvestasi di kalangan dunia usaha patut diperhatikan pada 2024.
"Apakah kepercayaan diri para wirausahawan akan kembali dengan cara yang besar akan memiliki dampak jangka panjang terhadap penciptaan lapangan kerja, upah dan konsumsi swasta," jelasnya.