Bisnis.com, JAKARTA - Penasihat pemerintah China akan merekomendasikan target pertumbuhan ekonomi pada tahun depan di antara 4,5%-5,5% dalam pertemuan tahunan para pembuat kebijakan.
Lima dari tujuh penasihat mengatakan bahwa mereka menyukai target sekitar 5%, sesuai dengan target pada tahun ini. Salah satu penasihat akan mengusulkan target sebesar 4,5% sementara penasihat lainnya menyarankan kisaran 5%-5,5%.
Usulan ini akan diajukan bulan depan dalam Central Economic Work Conference tahunan Partai Komunis, yang membahas rencana kebijakan dan prospek China selaku ekonomi terbesar kedua di dunia.
Untuk mencapai target tersebut, para penasihat berpendapat bahwa China harus meningkatkan stimulus fiskal, mengingat pertumbuhan tahun ini terpengaruh oleh efek dasar rendah dari lockdown pandemi Covid-19 tahun lalu.
“Kita perlu mengadopsi kebijakan fiskal dan moneter yang ekspansif untuk merangsang permintaan agregat,” jelas ekonom pemerintah, Yu Yongding, yang menganjurkan target pertumbuhan sekitar 5%.
Tambahnya, permintaan investasi korporasi tidak akan kuat karena kepercayaan perusahaan belum pulih. Untuk itu, ia berpendapat perlunya memperluas investasi infrastruktur. Ia juga menginginkan defisit anggaran melebihi 4% dari output perekonomian.
Baca Juga
Kemudian, para pemimpin tertinggi diperkirakan akan menyetujui target tersebut pada pertemuan Desember 2023, meskipun target tersebut tidak akan diumumkan secara terbuka sampai pertemuan parlemen tahunan China, yang biasanya diadakan pada bulan Maret.
Adapun, pada Oktober 2023, China mengumumkan rencana untuk menerbitkan obligasi negara senilai 1 triliun yuan pada akhir tahun, sehingga meningkatkan target defisit anggaran pada 2023 menjadi 3,8% dari produk domestik bruto (PDB) dari yang semula 3%.
Para pemimpin China juga telah berjanji untuk mengoptimalkan struktur utang pemerintah pusat dan daerah, yang menunjukan bahwa pemerintah pusat memiliki ruang untuk membelanjakan lebih banyak karena utangnya sebagai bagian dari PDB hanya 21%, jauh lebih rendah dari 76% untuk pemerintah daerah.
Para penasihat lainnya juga menuturkan bahwa mereka meningkatkan dukungan kebijakan fiskal untuk membuat target 2024 yang dinilai sulit dapat dicapai.
Stimulus moneter diperkirakan akan memainkan peran yang lebih terbatas karena bank sentral (PBOC) khawatir perbedaan suku bunga yang melebar dengan Barat dapat lebih melemahkan yuan dan mendorong arus keluar modal.
"Ruang untuk kebijakan moneter dapat menjadi lebih besar jika kita memiliki toleransi yang lebih besar terhadap fluktuasi nilai tukar," jelas kepala ekonom global di BOC International dan mantan pejabat di State Administration of Foreign Exchange (SAFE), Guan Tao.