Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saudi Teken Pertukaran Mata Uang Rp108 Triliun dengan China, Sinyal Masuk BRICS?

China dan Arab Saudi menandatangani pertukaran mata uang senilai sekitar US$7 miliar atau Rp108 triliun
Mata uang Yuan China. Dok. Freepik
Mata uang Yuan China. Dok. Freepik

Bisnis.com, JAKARTA - China dan Arab Saudi telah menandatangani perjanjian pertukaran mata uang lokal sekitar US$7 miliar atau Rp108 triliun, membuat hubungan kedua negara menjadi lebih erat. 

Mengutip Bloomberg, Selasa (21/11/2023) bank sentral kedua negara menyetujui kesepakatan tiga tahun dengan jumlah maksimum 50 miliar yuan atau 26 miliar riyal. Kesepakatan dilakukan ketika negara-negara Timur Tengah dan pasar berkembang berupaya mengalihkan lebih banyak perdagangan non-minyak mereka dari dolar.

Menurut bank sentral China, PBOC, perjanjian pertukaran ini diharapkan membantu memperkuat kerja sama keuangan dan memfasilitasi perdagangan dan investasi yang lebih nyaman dalam antar negara. 

Sementara, Otoritas moneter Saudi menyatakan bahwa hal ini mencerminkan meningkatnya kolaborasi antara kedua bank sentral.

Sebelumnya, Arab Saudi telah lama menjadi salah satu pemasok utama minyak China dan hubungan bisnis telah berkembang dalam beberapa tahun terakhir. Adapun, Saudi Aramco menginvestasikan miliaran dolar di sektor petrokimia China dan berusaha menarik perusahaan teknologi China.

Presiden China Xi Jinping juga mengunjungi Riyadh pada 2022 dengan kedua negara menandatangani perjanjian bernilai US$50 miliar. Mereka juga bekerja lebih erat dalam isu-isu geopolitik. 

Pada Maret, China membantu memediasi pemulihan hubungan antara Arab Saudi dan Iran. Pada hari Senin (20/11), delegasi Timur Tengah yang dipimpin oleh menteri luar negeri Arab Saudi melakukan perjalanan ke China untuk pembicaraan mengenai deeskalasi perang Israel-Hamas.

Pada Agustus 2023, Arab Saudi diundang ke kelompok BRICS yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan. Arab Saudi diperkirakan akan bergabung dengan BRICS bersama lima negara lainnya termasuk Iran, Uni Emirat Arab, dan Argentina pada Januari 2024.

Di lain sisi, selain Arab Saudi, produsen minyak termasuk Uni Emirat Arab dan Irak sedang menjajaki cara untuk melakukan perdagangan non-minyak tanpa menggunakan dolar.

Semakin banyak negara yang berusaha mengurangi ketergantungan mereka pada mata uang Amerika Serikat (AS), pertukaran mata uang China menjadi semakin penting. Bank-bank sentral global telah menggunakannya hingga mencapai rekor tahun ini.

Argentina baru-baru ini mengatakan akan memanfaatkan swap line untuk membiayai impor dari China, dalam respon tantangan finansial terkait aksi jual peso. Brasil telah mengambil langkah serupa.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper