Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Arab Saudi Naikkan Harga Minyak ke Asia Meski OPEC+ Genjot Produksi

Arab Saudi menaikkan harga minyak ke Asia di tengah peningkatan produksi OPEC+. Harga ke Eropa turun, sementara ke AS naik tipis.
Kilang minyak Motiva di Port Arthur, Texas./ Bloomberg - Luke Sharrett
Kilang minyak Motiva di Port Arthur, Texas./ Bloomberg - Luke Sharrett

Bisnis.com, JAKARTA — Arab Saudi kembali menaikkan harga pembelian minyak mentah untuk kawasan Asia selama dua bulan berturut-turut, mencerminkan kepercayaan diri terhadap prospek permintaan di tengah peningkatan pasokan oleh OPEC+.

Melansir Bloomberg pada Kamis (7/8/2025), produsen minyak negara Saudi Aramco menaikkan harga jual resmi (official selling price/OSP) untuk minyak Arab Light ke Asia sebesar US$1 per barel untuk pengiriman September, menjadi US$3,20 per barel di atas patokan. Ini merupakan level tertinggi sejak April.

Kenaikan tersebut melampaui ekspektasi pasar. Sebelumnya, survei terhadap pelaku kilang dan pedagang memperkirakan harga hanya naik sekitar US$0,90 per barel.

Sebagai eksportir minyak terbesar di dunia, Arab Saudi memimpin Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+) dalam meningkatkan produksi untuk merebut pangsa pasar yang lebih besar.

Permintaan yang terus tumbuh untuk bahan bakar transportasi telah menopang margin kilang dan membantu pasar menyerap tambahan pasokan. CEO Aramco Amin Nasser menyatakan optimisme bahwa tren tersebut akan berlanjut.

“Fundamental pasar minyak yang kuat mendukung permintaan terhadap minyak mentah dan produk kami,” ujar Nasser dalam paparan kinerja perusahaan. “Kami perkirakan permintaan pada semester II akan naik lebih dari 2 juta barel per hari dibanding semester I.”

Harga ke Eropa Dipangkas, ke AS Naik Tipis

Berbeda dengan kenaikan harga ke Asia, Arab Saudi justru menurunkan harga minyak untuk kawasan Eropa, bahkan merupakan pemangkasan terbesar dalam setahun. Seluruh harga jual ke Eropa dipotong sebesar US$1,30 per barel. Sementara itu, harga untuk pengiriman ke AS naik tipis.

Sejumlah analis dan pelaku pasar memperkirakan tambahan pasokan dari OPEC+, yang akan berlangsung pada Agustus dan September, berpotensi menekan harga minyak pada akhir tahun. JPMorgan Chase & Co. dan Goldman Sachs Group Inc. memproyeksikan harga minyak bisa turun mendekati US$60 per barel pada kuartal IV/2025.

OPEC+, yang juga mencakup Rusia, pada Minggu lalu sepakat menaikkan produksi sebesar 547.000 barel per hari pada September. Kenaikan ini melanjutkan penambahan serupa yang direncanakan untuk Agustus, di tengah ketidakpastian pasar terhadap potensi sanksi AS terhadap Rusia akibat perang di Ukraina.

Sementara itu, harga minyak Brent saat ini masih bertahan di kisaran US$70 per barel, karena pelaku pasar mempertimbangkan dampak kenaikan produksi OPEC+ dan kemungkinan kebijakan baru dari AS terhadap ekspor minyak Rusia.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro