Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investasi Jumbo Transisi Energi, Program Capres-Cawapres Harus Jelas

Investor energi membutuhkan kepastian yang dijanjikan para Capres-Cawapres, terlebih transisi energi membutuhkan dana jumbo.
Ilustrasi investasi sektor energi/Antara
Ilustrasi investasi sektor energi/Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia punya pekerjaan rumah dalam rangka mempercepat rencana transisi energi. Terlebih, butuh biaya jumbo untuk merealisasikan target bauran energi terbarukan mencapai 23% pada 2025, hingga nantinya bisa mendekati net zero sebelum 2060.

 

Alhasil, komitmen dan gagasan pemimpin berikutnya menjadi acuan penting bagi para pemangku kepentingan, terutama para investor di bidang energi baru terbarukan. Kepastian merupakan kunci agar investasi mereka ikut mengalir ke Indonesia.

 

Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa menilai capres-cawapres harus mulai memikirkan solusi konkret untuk membenahi program transisi energi yang saat ini masih terbilang lambat.

 

"Namanya investor butuh kejelasan dan confidence. Jadi capres-cawapres jangan hanya menegaskan komitmen yang abstrak soal transisi energi. Bagaimana caranya, serta target waktunya, itu harus jelas. Apa yang selama ini jadi kendala, harus ada solusi," ujarnya kepada Bisnis, Senin (20/11/2023).

 

Sebagai contoh, para kandidat perlu mengungkap gagasan soal skema pembiayaan proyek energi hijau dari APBN maupun swasta, apa saja insentif fiskal yang disiapkan, proyeksi target selama menjabat, dan lain sebagainya.

 

Selain itu, Fabby juga mendorong agar presiden selanjutnya punya komitmen mendorong proyek energi baru terbarukan (EBT) dari lingkup kecil, dan memberikan reward terhadap suatu individu, komunitas, atau daerah, yang bisa mengupayakan hal tersebut.

 

"Lewat mendorong EBT yang kecil-kecil, bisa diusahakan dari lingkup masyarakat, APBN tidak perlu banyak tersedot. Bahkan, justru bisa menarik investasi dari industri komponennya, karena menciptakan demand. Misalnya, dengan mendorong lebih banyak PLTS atap, industri terkait komponen panel surya pasti berminat masuk ke sini," tambahnya.

 

Adapun, gambaran soal gagasan transisi energi para calon pemimpin penerus Presiden Joko Widodo (Jokowi) turut tercermin dari dokumen visi-misi masing-masing. Berikut rangkumannya:

 

Anies-Cak Imin

 

Pasangan nomor 1, Anies Rasyid Baswedan-Abdul Muhaimin Iskandar (Anies-Cak Imin) memberikan narasi soal transisi energi dalam misi pertama besutannya, yang bertajuk 'Memastikan Ketersediaan Kebutuhan Pokok dan Biaya Hidup Murah melalui Kemandirian Pangan, Ketahanan Energi, dan Kedaulatan Air'.

 

Pasangan yang diusung oleh Nasdem, PKB, dan PKS ini mengusung program 'Indonesia Menuju EBT' melalui diversifikasi energi, termasuk bioenergi, panas bumi, air terjun, angin, hidrogen, dan tenaga surya, dengan dukungan pemerintah dari sisi pembiayaan maupun pemetaan potensi, serta dengan memaksimalkan transfer teknologi.

Anies-Cak Imin juga ingin memaksimalkan peran panas bumi, di mana Indonesia memiliki sekitar 40% cadangan dunia, dengan mendorong penemuan cadangan terbukti oleh pemerintah untuk menurunkan risiko dan meningkatkan daya tarik investasi.

 

Selain itu, dalam misi ke-3 besutannya yang bertajuk Mewujudkan Keadilan Ekologis Berkelanjutan untuk Generasi Mendatang, pasangan ini membahas soal insentif dan disinsentif dalam konteks mendorong EBT, dan implementasi nilai ekonomi karbon.

 

Misalnya, membatasi pembangunan baru PLTU batu bara dan pensiun dini pembangkit jenis ini dengan prioritas di wilayah Jawa dan Bali, diikuti wilayah-wilayah lainnya.

 

Prabowo-Gibran

 

Pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka (Prabowo-Gibran) yang memiliki dokumen visi-misi bertajuk 'Bersama Indonesia Maju: Menuju Indonesia Emas 2045' ini memiliki beberapa gagasan terkait transisi energi dalam salah satu Asta Cita besutannya.

 

Sebagai contoh, pasangan yang diusung rombongan Gerindra, Golkar, PAN, Demokrat, PBB, Gelora, PSI, Garuda, dan Partai Rakyat Adil Makmur ini berjanji merevisi semua tata aturan yang menghambat untuk meningkatkan investasi baru di sektor EBT.

 

Prabowo-Gibran juga berupaya mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil sekaligus menjadikan Indonesia sebagai raja energi hijau dunia (super power) dalam bidang energi baru dan terbarukan (renewables) dan energi berbasis bahan baku nabati (bioenergy).

 

Selain itu, pasangan dengan nomor urut 2 ini berjanji bakal melanjutkan beberapa program yang saat ini telah ada.

 

Misalnya, mempensiunkan pembangkit listrik tenaga uap (coal-fired power plant retirement) berdasarkan asas keadilan dan keberimbangan, melanjutkan program biodiesel dan bio-avtur dari kelapa sawit, serta mengembangkan bioetanol dari singkong dan tebu, sekaligus menuju kemandirian komoditas gula.

 

Terakhir, Prabowo-Gibran berupaya mengembangkan ekosistem yang bisa mengakselerasi pemanfaatan dan pengembangan SDA yang berkaitan dengan carbon sink dan carbon offset untuk mengakselerasi target net zero emission dan memanfaatkan kesempatan dari ekonomi hijau.

 

Ganjar-Mahfud

 

Ganjar Pranowo-Mahfud MD (Ganjar-Mahfud) yang diusung PDI Perjuangan, PPP, Perindo, dan Hanura ini mengusung visi-misi bertajuk 'Menuju Indonesia Unggul: Gerak Cepat Mewujudkan Negara Maritim & Lestari'.

 

Pada poin misi yang ke-6, pasangan ini terlihat optimistis bahwa EBT bisa menjadi generator pembaharuan yang potensinya sekitar 3.700 GW secara bertahap untuk kebutuhan energi dalam negeri, sehingga porsi EBT di dalam bauran energi menjadi 25-30% hingga 2029.

 

Pasangan nomor urut 3 ini juga mengusung program Desa Mandiri Energi, di mana desa didorong mampu mendayagunakan sumber energi lokal berbasis energi baru terbarukan untuk memasok kebutuhan energinya, sehingga menjadi bagian dari gugus penghijauan ekonomi Indonesia.

 

Bagi Ganjar-Mahfud, perubahan iklim yang telah bergeser menjadi krisis iklim mengharuskan adanya pergeseran paradigma dalam pembangunan. Lingkungan hidup atau planetary boundaries harus menjadi batasan bagi seluruh aktivitas, utamanya aktivitas ekonomi. Keseimbangan antara pemanfaatan dan perlindungan menjadi titik krusial.

 

Oleh sebab itu, terdapat pula program Limbah jadi Berkah yang berisi pengelolaan sampah dan limbah yang terintegrasi dan ramah lingkungan agar berkah ekologi dapat terwujud. Mengubah sampah menjadi peluang tambahan penghasilan alternatif bagi rakyat alias berkah ekonomi (waste to cash).

 

Selanjutnya Ekonomi Sirkuler akan diwujudkan lewat meminimalkan kerusakan sosial dan lingkungan dengan ganyang plastik dan gebrak polusi melalui pendekatan reduce, reuse, recycle, repair and refabricate (5Rs).

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Aziz Rahardyan
Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper