Bisnis.com, JAKARTA - Perum Bulog mengaku kesulitan memenuhi stok nasional dari luar negeri saat ini usai negara Eropa disebut mulai ikut-ikutan impor beras.
Direktur Bisnis Perum Bulog Febby Novita mengungkapkan, banyak negara yang sudah melakukan kontrak dengan Indonesia, tapi dalam perjalanannya dibatalkan lantaran ada negara lain yang menawarkan dengan harga yang lebih tinggi.
Salah satu negara yang menawarkan dengan harga tinggi adalah Eropa. Febby mengatakan, adanya pembatasan ekspor gandum oleh sejumlah negara telah membuat Eropa mulai beralih ke beras.
“Eropa belinya lebih tinggi daripada kita. Jangan jauh-jauh. Kita bicara Filipina, dia bisa membeli lebih tinggi daripada kita,” ungkap Febby dalam media briefing Pelayanan Publik dalam Kebijakan Perberasan Menjelang Tahun Pemilu 2024, Jumat (17/11/2023).
Kondisi ini, kata dia, menjadi salah satu penyebab sulitnya Indonesia untuk mendapatkan beras dari luar negeri.
Di sisi lain, Perum Bulog juga kesulitan untuk mendapatkan beras dalam negeri. Bahkan, Febby menyebut Perum Bulog agak berebut dengan penggilingan-penggilingan padi untuk memenuhi stok nasional.
Baca Juga
Adapun saat ini, harga gabah kering panen (GKP) telah menyentuh Rp7.500 per kilogram. Jumlah tersebut jika dikonversi menjadi beras, harganya bisa di atas Rp12.000 per kilogram untuk beras medium, sedangkan untuk premium hampir sekitar Rp13.500-an per kilogram. Sementara, beras di gudang Bulog harus dijual sebesar Rp9.950 per kilogram.
“Awalnya memang dapat nih, di bawah Rp9.950 per kilogram bahkan. Tapi dengan kurs sekarang sudah Rp15.700 memang ada relaksasi dari pemerintah untuk pengadaan beras dari luar negeri,” jelasnya.
Sebagaimana diketahui, Badan Pangan Nasional (Bapanas) telah menugaskan Perum Bulog untuk melakukan pengadaan beras dari luar negeri sebanyak 3,5 juta ton hingga akhir 2023. Adapun pengadaan beras impor ini salah satunya sebagai antisipasi terhadap penurunan produksi akibat dampak El Nino.
“Impor tersebut juga untuk mengamankan stok CBP yang saat ini juga terus dinamis penyalurannya mengintervensi stabilitas beras di pasaran,” kata Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi, beberapa waktu lalu.