Bisnis.com, JAKARTA - Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) menyebutkan importasi komoditas dari Israel maupun yang terafilisasi dengan Israel tetap berjalan di tengah seruan boikot produk yang terafiliasi negara tersebut.
Ketua Umum GINSI, Subandi mengatakan sejauh ini para importir anggota GINSI tidak memberikan reaksi apapun terkait aksi boikot tersebut. Kondisi ini tidak banyak mempengaruhi kegiatan usaha importir.
Importasi produk asal negara tersebut maupun yang terafiliasi Israel tetap dilakukan meski Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa tentang pelarangan dukungan dalam bentuk apapun terhadap Israel.
"Sejauh ini sih tidak ada reaksi dari importir terutama anggota GINSI, menurut saya tidak terlalu berpengaruh dengan kebijakan pelarangan produk Israel," kata Subandi kepada Bisnis, Kamis (16/11/2023).
Namun, Subandi memastikan bahwa para pengusaha atau importir tetap menjunjung tinggi nasionalisme terhadap bangsa Indonesia. Termasuk dukungan penghapusan penjajahan di mana pun dan dalam bentuk apapun.
Untuk diketahui, Indonesia melakukan transaksi importasi dari Israel pada perioda Januari-Oktober 2023 senilai US$16,92 juta atau setara dengan Rp262,35 miliar.
Baca Juga
Komoditas utama impor asal Israel sepanjang tahun ini hingga Oktober 2023 merupakan mesin dan pesawat mekanik (HS 84) senilai US$5,03 juta. Impor HS 84 naik signifikan pada Oktober dibandingkan September.
Adapun, impor HS 84 meningkat lebih dari 5 kali lipat secara bulanan. Pada September 2023, impor komoditas tersebut tercatat US$142.690, sementara Oktober mencapai US$734.786.
Lebih lanjut, impor tercatat juga dilakukan untuk komoditas Perkakas, perangkat potong HS 81 senilai US$3,86 juta serta mesin dan peralatan listrik (HS 85) dengan nilai US$3,04 juta.
Kenaikan signifikan juga terpantau pada HS 85. Semula pada September melakukan impor dengan nilai US$124.392 menjadi US$718.054 pada Oktober 2023.
Komoditas impor lainnya, yakni perangkat optik (HS 90) dengan nilai US$1,45 juta dan bahan kimia anorganik (HS 28) sejumlah US$904.215.
Sebelumnya, BPS mencatat total nilai impor barang dari Israel tercatat sebesar US$56,5 juta pada 2020, pada 2021 sebesar US$26,5 juta dan 2022 mencapai US$47,8 juta.
Melihat kondisi konflik yang tengah terjadi antara Israel dan Palestina, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini mengatakan bahwa importasi dari Israel memiliki andil yang cukup kecil, tidak mempengaruhi perdagangan internasional Indonesia.
"Sehingga dapat disimpulkan bahwa kondisi politik di dua negara tersebut tidak signifkan berpengaruh terhadap kinerja perdagangan internasional Indonesia," tuturnya.