Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Impor Bahan Baku Tekor, Manufaktur Kian Kendor?

Penurunan impor bahan baku memberikan sinyal kelesuan industri manufaktur hingga akhir tahun. Namun bisa juga sebaliknya, banyak bahan baku telah dilokalisasi.
Afiffah Rahmah Nurdifa,Kahfi
Afiffah Rahmah Nurdifa & Kahfi - Bisnis.com
Kamis, 16 November 2023 | 09:00
Aktivitas karyawan di salah satu pabrik di Jakarta, Jumat (20/9/2019). Bisnis/Arief Hermawan P
Aktivitas karyawan di salah satu pabrik di Jakarta, Jumat (20/9/2019). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA- Sentimen negatif terus menyergap kinerja industri manufaktur jelang akhir tahun. Kelesuan pasar domestik maupun global, disusul pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, membuat pelaku industri mengerem produksi.

Mengacu data Badan Pusat Statistik (BPS), kinerja impor bahan baku/penolong per Oktober 2023 ikut mengonfirmasi kelesuan sektor industri manufaktur. Total impor bahan baku penolong turun 6,08% (year-on-year/yoy), menjadi US$13,44 miliar pada Oktober 2023. 

Secara kumulatif atau hingga Oktober 2023, total nilai impor bahan baku penolong tercatat US$19,32 miliar atau turun 12,65% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Saat bersamaan, kepercayaan industri pun ikut melorot. Indeks Kepercayaan Industri (IKI) yang merangkum data dan survei pelaku industri, memperlihatkan tren peneurunan.

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat penurunan indeks kepercayaan industri (IKI) Oktober 2023 yang menyentuh level 50,70 atau melambat 1,81 poin dibandingkan September 2023 yang mencapai 52,51. 

Tren perlambatan terjadi sejak Juni 2023 yang berada di level 53,93 yang sempat naik dari posisi Mei sekitar 50,9. Pada Juli, IKI mencapai level 53,31 turun 0,60 poin. Selanjutnya, pada Agustus level IKI turun 0,09 poin menjadi 53,22 dan kembali melambat 0,71 poin menjadi 52,51 pada September. 

Secara sektoral, pelaku industri mengaku sulit berkelit dari kondisi kelesuan pasar serta tekanan lonjakan harga bahan baku impor. Hal itu seperti disampaikan Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jemmy Kartiwa Sastraatmaja.

Dia mengatakan impor bahan baku/penolong turun dikarenakan utilitas industri yang melemah. Adapun, utilitas industri hulu ke hilir tekstil dan produk tekstil (TPT) tercatat hanya 50%. 

"Penurunan impor bahan baku ini juga dampak dari melesunya permintaan TPT baik market dalam negeri, maupun ekspor karena ekonomi global yang sedang melambat," kata Jemmy kepada Bisnis, Rabu (15/11/2023). 

Kendati menjadi sinyal lemahnya produksi dalam negeri, Jemmy optimistis bahwa pelemahan impor bahan baku juga dikarenakan dorongan dari Kementerian Perindustrian untuk memaksimalkan pemanfaatan porsi bahan baku lokal. 

"Jadi yang utama bagaimana dapat meningkatkan utilisasi industri dengan memanfaatkan market lokal yang ada," ujarnya. 

Di sisi lain, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Muhammad Faisal mengatakan tren IKI masih akan tertekan dalam beberapa bulan ke depan, terutama hingga akhir tahun ini yang dipicu sejumlah faktor. 

"Ini kita lihat dari banyak faktor, yaitu dari sisi permintaan, impor bahan baku/penolong dan barang modal, inflasi, dan depresiasi nilai tukar," kata Faisal kepada Bisnis, beberapa waktu lalu. 


 

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Olefin, Aromatik, dan Plastik Indonesia (Inaplas) Fajar Budiono juga mengonfirmasi impor bahan baku turun karena lesunya pasar domestik dan global sejak Juni 2023 yang menyebabkan belanja modal berkurang. 

"Kedua, impor barang jadi nya naik, masih tinggi, tetapi di Oktober kemarin ini impor barang jadi turun sedikit karena pasarnya memang sedang lemah," ungkapnya, dihubungi terpisah. 

Fajar juga membenarkan tren nilai tukar telah menekan sisi produksi. Kondisi ini menyebabkan pelaku usaha lebih menahan dan antisipasi untuk kenaikan nilai kurs.  Terlebih, saat ini tren ekspansi yang masih melemah dikarenakan pelaku usaha lebih memilih untuk wait and see.

"Jadi belanja seperlunya aja, tidak berani simpan barang," tuturnya. 

Untuk diketahui, porsi impor bahan baku plastik saat ini sebesar 50%, di sisi lain utilitas manufaktur industri plastik di bawah 80%. 

Fajar menuturkan, impor bahan baku yang turun dapat menjadi sinyal positif bagi industri dalam negeri untuk menunjukkan kemampuan dalam meningkatkan TKDN dalam produk manufaktur.  "Kita sih siap-siap saja untuk supply, tetapi ya demand dalam negeri dan impor barang jadi yang harus kita cermati," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper