Bisnis.com, JAKARTA - Dana Moneter Internasional (IMF) menaikkan proyeksinya untuk pertumbuhan ekonomi tahunan China pada 2023 dan 2024, karena telah mencatat kinerja yang lebih kuat dari yang diharapkan pada kuartal III/2023. China juga menerapkan berbagai kebijakan untuk mendukung pemulihan.
Menurut laporan Article IV Mission yang dirilis Selasa (7/11/2023) IMF memperkirakan Produk Domestik Bruto (PDB) China akan tumbuh sebesar 5,4% pada 2023 dan 4,6% pada 2024. Angka tersebut masing-masing lebih tinggi 0,4 poin persentase lebih tinggi dari proyeksi IMF pada Oktober 2023.
“[Rencana China baru-baru ini untuk menerbitkan lebih banyak utang negara akan membantu pemulihan ekonomi dan] merupakan salah satu alasan kami meningkatkan proyeksi pertumbuhan kami,” jelas Wakil Direktur Pelaksana Pertama IMF Gita Gopinath, seperti dikutip dari Bloomberg, Rabu (8/11).
IMF mencatat bahwa pertumbuhan yang lebih lambat pada 2024 kemungkinan besar disebabkan oleh risiko-risiko yang sedang berlangsung dari penurunan properti dan lemahnya permintaan eksternal.
Kemudian, IMF juga meminta pemerintah untuk terus berupaya mengendalikan risiko dari pasar properti dan utang pemerintah daerah untuk meningkatkan sentimen dan prospek pertumbuhan jangka pendek.
Untuk diketahui, data terbaru menunjukan pemulihan yang masih rapuh dengan tantangan yang terus ada kedepannya. Aktivitas pabrik kembali mengalami kontraksi pada Oktober 2023, sektor jasa melemah, impor yang meningkat, ekspor menurun lebih dari yang diperkirakan dan tekanan deflasi masih terlihat.
Baca Juga
Gopinath dalam pernyataannya, mengatakan bahwa pihak berwenang harus mempercepat keluarnya para pengembang yang tidak layak dan mengijinkan harga rumah yang lebih fleksibel sebagai bagian dari "paket kebijakan yang komprehensif" untuk mendukung pasar properti
Ia juga mendorong pemerintah pusat untuk melakukan reformasi kerangka fiskal dan restrukturisasi neraca keuangan untuk mengatasi tekanan utang daerah.
"Reorientasi pengeluaran fiskal untuk rumah tangga dan pelonggaran tambahan melalui suku bunga akan mendukung pertumbuhan dan investasi," jelasnya.
Gopinath juga menuturkan bahwa fleksibilitas nilai tukar yang lebih besar akan membantu menyerap guncangan eksternal dan memperkuat transmisi kebijakan moneter.
Suku bunga yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama di AS berarti dinilai bahwa sumber tekanan fundamental terhadap yuan akan tetap ada. Dengan membuat yuan lebih fleksibel dan memangkas suku bunga, maka akan membantu inflasi China yang lemah kembali ke target. IMF juga tidak memperkirakan tren deflasi umum.
IMF memproyeksikan inflasi inti, yang menghilangkan harga pangan dan energi yang bergejolak, akan naik menjadi 2,1% pada akhir 2024 dari 0,8% saat ini.
Ia juga meminta China untuk melakukan reformasi struktural yang berbasis luas dan pro-pasar untuk meningkatkan produktivitas dan menyeimbangkan perekonomian. Hal ini untuk mengatasi tantangan seperti populasi yang menua dan berkurangnya laba atas investasi. Reformasi struktural tersebut juga dinilai penting untuk menarik investor asing.