Bisnis.com, JAKARTA - Impor China secara tidak terduga tumbuh pada Oktober 2023. Sedangkan ekspor menyusut dengan laju yang lebih cepat. Hal ini menunjukan pemulihan Negeri Tirai Bambu masih belum merata.
Mengutip Reuters, Selasa (7/11/2023) data indikator terbaru menunjukan bahwa langkah-langkah dukungan dari China sejak Juni 2023 membantu memperkuat pemulihan ekonomi. Meski demikian, kondisi ini masih dibayangi ketidakpastian
Berdasarkan data dari Bea Cukai China yang dirilis Selasa (7/11/2023), ekspor pada Oktober 2023 yang menyusut sebesar 6,4% dibandingkan tahun lalu (year-on-year/yoy), lebih buruk dibandingkan penurunan 6,2% pada September 2023.
Adapun angka tersebut jauh di bawah proyeksi dari para ekonom, yang memperkirakan ekspor China bulan kemarin menurun 3,3%.
Kemudian, Impor China juga meningkat 3% dan melampaui perkiraan kontraksi sebesar 4,8%, berubah dari penurunan sebesar 6,2% pada September 2023. Impor telah berhenti mengalami penurunan selama 11 bulan berturut-turut.
"Angka-angka ini berlawanan dengan ekspektasi pasar. Data ekspor yang buruk dapat memukul kepercayaan pasar karena kami telah memperkirakan rantai pasokan ekspor akan pulih," jelas ekonom Guotai Junan International, Zhou Hao.
Baca Juga
Adapun ia juga menuturkan bahwa peningkatan impor yang signifikan berasal dari permintaan domestik, khususnya permintaan untuk mengisi stok.
Baltic Dry Index, indikator utama perdagangan global, mencapai level terendahnya sejak Desember 2020 pada bulan Oktober 2023. Hal ini akibat kemacetan di pelabuhan-pelabuhan Amerika Utara dan Eropa.
Kemudian, walaupun terdapat tanda bahwa perdagangan mulai menemukan pijakan, ekspor Korea Selatan ke China mengalami penurunan terlambat dalam 13 bulan pada bulan Oktober.
China mencatat surplus perdagangan sebesar US$56,53 miliar pada Oktober 2023 atau sekitar Rp882 triliun, dibandingkan dengan surplus sebesar US$82,00 miliar yang diharapkan ekonom dan $77,71 miliar pada bulan September 2023.
Para analis kemudian menuturkan bahwa masih terlalu dini untuk mengatakan apakah dukungan kebijakan baru-baru ini cukup untuk menopang permintaan domestik, dengan masalah properti, pengangguran dan kepercayaan rumah tangga dan bisnis yang lemah mengancam pemulihan yang berkelanjutan.
Pada minggu lalu, aktivitas manufaktur (PMI) China secara tidak terduga juga mengalami kontraksi pada Oktober 2023, sehingga mempersulit upaya para pengambil kebijakan untuk menghidupkan kembali pertumbuhan.