Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Jatigede (110 megawatt) dan Asahan (174 megawatt) beroperasi komersial tahun depan.
Dua pembangkit hidro itu diharapkan dapat meningkatkan bauran energi bersih yang stabil ke dalam sistem kelistrikan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN nantinya.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasfrif mengatakan peran PLTA belakangan makin krusial untuk sistem kelistrikan nasional di tengah upaya menekan emisi saat ini.
Arifin mengatakan Indonesia memiliki potensi tenaga hidro sebesar 95 Gigawatt (GW). Saat ini kapasitas terpasang telah mencapai 6,7 GW. Pada 2030, pengembangan pembangkit tenaga hidro ditargetkan mencapai lebih dari 10 GW.
"Selanjutnya, akan ditingkatkan lebih mencapai 72 GW sampai 2060. Sementara, untuk pumped storage akan mencapai 4,2 GW," kata Arifin saat membuka Sesi Plenary pada World Hydropower Congress (WHC) 2023 di Bali seperti dikutip dari siaran pers, Selasa (31/10/2023).
Selain dua pembangkit itu, Kementerian ESDM turut mencatat PLTA Peusangan 1 dan 2 (88 MW) serta PLTA Merangin (350 MW) yang akan COD pada 2025, serta PLTA Batang Toru (520 MW) yang akan COD pada 2026 mendatang.
Baca Juga
Di sisi lain, pemerintah saat ini memprioritaskan pengembangan transmisi super grid untuk meningkatkan konektivitas antarpulau. Lebih penting lagi untuk mendorong pemanfaatan sumber energi hidro dan energi terbarukan lainnya di Indonesia.
"Tenaga hidro adalah salah satu energi terbarukan yang dapat digunakan sebagai baseload dan juga sebagai solusi bagi intermitensi dari variabel energi terbarukan, seperti tenaga surya dan angin, pada jaringan listrik," tutur Arifin.
Pemerintah juga berencana untuk mengambangkan industri hijau di Kalimantan, dengan memanfaatkan tenaga hidro.
Terdapat dua proyek tenaga hidro berskala besar yang sedang disiapkan, yakni PLTA Kayan dengan kapasitas 9.000 MW, yang akan menyuplai listrik untuk industri manufaktur. Selanjutnya adalah PLTA Mentarang berkapasitas 1.375 MW yang akan memberikan suplai listrik untuk industri.
"Dengan memanfaatkan potensi besar tenaga hidro yang berlokasi di Papua, Pemerintah berencana untuk membangun area industri hidrogen hijau, yang akan dibangun di beberapa lokasi potensial, yakni Memberamo 1 (5.695 MW), Memberamo 2 (933 MW), dan Edi Valen (630 MW)," kata dia.
Melalui kongres tenaga hidro dunia ini, Arifiin berharap seluruh pihak dapat memperkuat kerja sama untuk meningkatkan pemanfaatan inovasi teknologi dan akses pembiayaan yang kompetitif.
"Di kongres ini, saya berharap adanya pertukaran ide, informasi, dan pengalaman yang bermanfaat, yang diharapkan dapat mengatasi berbagai tantangan dalam pengembangan pembangkit listrik tenaga hidro,” kata dia.