Bisnis.com, JAKARTA - PT MRT Jakarta (Perseroda) terus berupaya mengembangkan kawasan berorientasi transit atau Transit Oriented Development (TOD). Perusahaan disebut telah mengeluarkan dana mencapai Rp1,5 triliun untuk upaya ini hingga akhir 2023.
Direktur Utama MRT Jakarta Tuhiyat menjelaskan pengembangan kawasan TOD merupakan salah satu mandat yang diberikan pemerintah kepada perusahaan. Dia menuturkan, sepanjang 2022 hingga akhir 2023 ini, pihaknya telah mengeluarkan dana sekitar Rp1,5 triliun untuk mengembangkan TOD pada 5 lokasi di sekitar stasiun MRT yang telah terbangun pada fase 1.
Adapun, kelima daerah yang menjadi fokus pembangunan dan pengembangan TOD MRT Jakarta saat ini adalah di Stasiun Lebak Bulus, Fatmawati, Dukuh Atas, Blok M, dan Istora Senayan.
Beberapa pengembangan TOD yang telah dibangun MRT Jakarta di antaranya adalah Jembatan Penyeberangan Multiguna (JPM) Dukuh Atas, pedestrianisasi di daerah Jalan Blora, fasilitas park and ride di Stasiun Lebak Bulus, pembangunan Taman Literasi Martha Christina Tiahahu di sekitar Stasiun Blok M, dan lainnya.
"Kita membangun itu (TOD) secara step by step dan sudah menghabiskan kurang lebih Rp1,5 triliun," jelas Tuhiyat dalam acara TOD Forum di Jakarta, Selasa (31/10/2023).
Dia melanjutkan, salah satu tantangan utama dalam proses pengembangan kawasan TOD adalah dari sisi pendanaan. Pasalnya, pengembangan kawasan TOD merupakan proyek berjangka panjang dan memerlukan biaya yang cukup besar.
Baca Juga
Tuhiyat mengatakan, pendanaan untuk membangun TOD selama ini dilakukan melalui kerja sama dengan pihak-pihak swasta. MRT Jakarta juga menggunakan skema insentif koefisien nilai bangunan (KLB).
Ke depannya, strategi ini masih akan dilakukan dan dikombinasikan dengan skema pembiayaan kreatif (creative financing). Dia menuturkan, MRT berupaya untuk tidak membebani anggaran pemerintah pusat maupun daerah.
"Selain pengembangan di stasiun-stasiun fase 1, kita juga sudah mulai merencanakan pengembangan TOD buat yang fase 2 seperti apa," lanjut Tuhiyat.