Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bermasalah, Netizen Bandingkan LRT Jabodebek dengan MRT Jakarta dan KRL Commuter

LRT Jabodebek bermasalah, netizen memandingkan dengan MRT Jakarta dan KRL Commuter.
Rangkaian LRT Jabodebek melintas di Jakarta, Rabu (6/9/2023). - Bisnis/Abdurachman
Rangkaian LRT Jabodebek melintas di Jakarta, Rabu (6/9/2023). - Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA - Warganet menyoroti LRT Jabodebek yang bermasalah membandingkan dengan MRT Jakarta dan KRL Commuter.

Diketahui waktu tunggu LRT Jabodebek mengalami masalah karena jumlah kereta yang beroperasi berkurang, maka waktu tunggu jadi lebih lama.

Manajer Humas KAI Divisi LRT Jabodebek Kuswardojo, saat ini headway LRT Jabodebek untuk seluruh lintas pelayanan adalah sekitar 30 hingga 40 menit.

Sementara itu, menurut Kuswardojo, ada pengurangan rangkaian dan frekuensi LRT Jabodebek karema kondisi roda pada 18 trainset yang harus memasuki masa perawatan.

Menanggapi hal tersebut, warganet meluapkan kritikannya dengan membandingkan LRT Jabodebek dengan MRT Jakarta dan KRL Commuter.

Dilihat di akun X @rizkidwika, LRT Jabodebek  punya tarif yang mahal, dengan headway jelek.  

Berbeda dengan MRT Jakarta, meskipun tarif mahal, namun headway ontime. Sedangkan KRL Commuter tarifnya lebih murah dan headway jelek.

“MRT Jakarta: Mahal, headway ontime, KRL Commuter: Murah, headway jelek,  LRT Jabodebek: Mahal, headway jelek,” tulisnya di platform X dilihat Kamis (26/10).

Sementara itu, tingkat keausan roda untuk kereta LRT yang telah mencapai jarak tempuh 20.000 kilometer adalah sekitar 4 milimeter hingga 8 milimeter. Dia mengatakan, standar dari KAI menyebut tingkat keausan roda per rangkaian tidak boleh mencapai 8 milimeter.

“Saat keausan roda LRT sudah sekitar 5 milimeter-6 milimeter, itu akan kami tarik dari operasional dan dilakukan pembubutan. Karena kalau tidak dilakukan, kereta berpotensi anjlok,” tambahnya.

Kuswardojo melanjutkan, proses pembubutan roda per trainset membutuhkan waktu sekitar 5 hingga 7 hari. Setelahnya, roda baru tersebut akan dipasangi sensor-sensor terkait yang mengatur pengereman, pemberhentian, dan lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Rendi Mahendra
Editor : Rendi Mahendra
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper