Bisnis.com, TANGERANG — PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) tidak berencana menaikkan harga tiket pesawat di tengah lesunya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka menguat 2 poin atau 0,01% menuju level Rp15.917 per dolar AS pada pembukaan perdagangan hari ini, Jumat (27/10/2023). Adapun, indeks dolar AS menguat 0,01% ke 106,58.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan, perseroan memiliki strategi hedging atau nilai lindung kurs sehingga dapat menjaga biaya kegiatan operasional. Dia pun menegaskan bahwa Garuda Indonesia tidak akan membebankan kenaikan beban perseroan kepada konsumen.
Sebagai contoh, dia menyebut, ketika Kementerian Perhubungan mengeluarkan surat keputusan (SK) mengenai surcharge atau biaya tambahan untuk harga tiket saat harga terjadi kenaikan avtur, Garuda Indonesia tidak serta-merta langsung menaikan biaya.
“Tahun ini kami diizinkan surcharge dua kali. [Pertama] kan fuel surcharge naikin 15% terus naikin lagi 10%. [Surcharge] yang 15% kami ambil, tapi yang 10% tidak ambil,” ujarnya di ICE BSD Tangerang, Jumat (27/10/2023).
Meski demikian, dia tidak menampik lesunya rupiah terhadap dolar AS sangat berpengaruh terhadap beban yang ditanggung oleh Garuda Indonesia lantaran operasionalnya menggunakan mata uang dolar.
Baca Juga
Hal tersebut tentunya akan berdampak terhadap kinerja keuangan Garuda Indonesia terutama dari sisi bottom line atau laba perseroan.
“Kalau ada kenaikan pasti akan ada pengaruh,” tuturnya.
Menilik laporan keuangan semester I/2023, Garuda Indonesia mencatatkan beban usaha sebesar US$1,26 miliar atau setara Rp19,04 triliun (asumsi kurs Rp15.015), naik 4,06% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Beban tersebut terdiri atas beban operasional penerbangan sebesar US$729,49 juta, beban pemeliharaan dan perbaikan US$159,49 juta, serta beban umum dan administrasi sebesar US$86,73 juta.
Berikutnya beban bandara sebesar US$97,69 juta, beban tiket, penjualan dan promosi US$97,69 juta, beban layanan penumpang US$80,36 juta, beban operasional hotel US$9,56 juta, beban operasional transportasi US$5,76 juta, serta beban operasional jaringan US$2,04 juta.
Adapun, kurs utama yang digunakan oleh Garuda Indonesia berdasarkan kurs tengah yang diterbitkan Bank Indonesia pada 30 Juni 2023 Rp1.000 berbanding 0,0666 yang artinya kurs yang digunakan senilai Rp15.015.