Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Otorita Harap Proyek IKN Tak Tersendat di Tengah Tahun Politik

Badan Otorita angkat bicara terkait kekhawatiran keberlanjutan proyek IKN di tengah tahun politik dan beberapa faktor lainnya.
Kepala Otorita IKN Bambang Susantono saat ditemui di Kantor OIKN, Jakarta Selatan, Kamis (26/10/2023) - BISNIS/Ni Luh Anggela
Kepala Otorita IKN Bambang Susantono saat ditemui di Kantor OIKN, Jakarta Selatan, Kamis (26/10/2023) - BISNIS/Ni Luh Anggela

Bisnis.com, JAKARTA - Kepala Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN), Bambang Susantono, berharap progres pembangunan IKN tak terhambat di tengah tahun politik.

Selain itu, tren suku bunga tinggi dan melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS juga dikhawatirkan dapat menghambat percepatan pembangunan IKN. Utamanya, bagi sejumlah proyek yang telah melaksanakan peletakan batu pertama atau groundbreaking.

Untuk itu, Bambang mendorong para investor menyelesaikan proyeknya tepat waktu, mengingat situasi dan kondisi global yang penuh dengan ketidakpastian.

“Mudah-mudahan nggak [tersendat]. Makin cepat makin baik buat mereka, makin pasti kondisinya kan,” kata Bambang di Kantor OIKN, Jakarta Selatan, Kamis (26/10/2023).

Meski ada sejumlah kekhawatiran bahwa investor akan cenderung wait and see untuk menanamkan modalnya di Indonesia, khususnya IKN, Bambang tetap optimistis bahwa pembangunan ibu kota baru bisa sesuai dengan jadwal yang ditetapkan.

Pasalnya, dia menyebut megaproyek IKN sendiri sudah terukur dan para investor sudah mulai terlibat sejak jajak pasar yang dilakukan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 2022. Dia bahkan mengaku pernah dikejar-kejar investor terkait kelanjutan pembangunan IKN. 

“Saya bilang sebentar, karena orang swasta ngitung lebih detail dari kita untung ruginya segala macam. Kita harapkan yang groundbreaking akan segera diproses lebih lanjut dan nanti pada 17 Agustus 2024 ini sebagian besar sudah ikut di lapangan,” ujarnya.

Untuk diketahui, mata uang Dolar AS yang kian perkasa sempat dikhawatirkan dapat berdampak terhadap sektor properti nasional. Menurut catatan Bisnis, Rabu (25/10/2023), para pengembang mengkhawatirkan kemungkinan terjadinya peningkatan biaya konstruksi yang akan ditanggung dalam proses pembangunan.

“Kurs Rupiah yang nyaris Rp16.000 membuat kondisi perekonomian kian berat. Biaya konstruksi juga [diperkirakan] akan naik,” kata Wakil Ketua Dewan Pengurus Pusat (DPP) Persatuan Perusahaan Real Estate Indonesia (REI) Bambang Ekajaya kepada Bisnis, Rabu (25/10/2023).

REI dalam laporannya memperkirakan gejolak dolar AS akan berdampak besar pada proyek perumahan yang memerlukan material impor tinggi. 

Selain itu, tekanan Rupiah juga akan memengaruhi psikologis masyarakat untuk memegang mata uang Dolar. Ini dikhawatirkan akan memperlambat daya beli.

“Peningkatan dolar AS secara historis memengaruhi keputusan untuk membeli properti yang juga dibayangi keraguan terhadap developer untuk bisa menyelesaikan proyeknya. Alhasil, pembeli akan berhati-hati untuk investasi,” jelas REI dalam laporannya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ni Luh Anggela
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper