Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI), Tony Wenas, menjelaskan alasan mengajukan permohonan perpanjangan relaksasi ekspor konsentrat tembaga dan lumpur anoda sampai Desember 2024.
Tony mengatakan permohonan perpanjangan relaksasi ekspor dilakukan untuk menjaga kinerja perseroan selepas target operasi komersial Smelter Manyar, Jawa Timur pada Mei 2024.
Dia menuturkan pihaknya masih melakukan negosiasi dengan pemerintah ihwal kemungkinan untuk mendapat perpanjangan relaksasi ekspor konsentrat tembaga sepanjang paruh kedua 2024.
“Kan gini, smelter kita mulai beroperasi itu Mei [2024], tapi kan itu butuh waktu untuk sampai ke 100% produksi. Nah itu baru sampai 100% produksinya Desember 2024, secara bertahap,” kata Tony saat ditemui di Jakarta, Senin (23/10/2023).
Tony mengatakan pembahasan dengan pemerintah masih berlangsung hingga saat ini. Dia berharap pemerintah dapat memberikan izin sebagian ekspor konsentrat sampai Smelter Manyar di Gresik, Jawa Timur beroperasi penuh pada akhir 2024 nanti.
“Nah, jadi memang dari sebelumnya sudah dibicarakan dengan pemerintah adalah harapannya bisa tetap melakukan ekspor sebagian itu sampai dengan akhir 2024, sampai dengan Desember,” ujarnya.
Baca Juga
Berdasarkan laporan Freeport-McMoRan Inc. (FCX) kuartal III/2023 dikutip Senin (23/10/2023), izin ekspor konsentrat tembaga PTFI sebesar 1,7 juta metrik ton yang diperoleh pada 24 Juli 2023 hanya berlaku hingga Mei 2024.
Sementara itu, konstruksi smelter Manyar ditargetkan rampung pada pertengahan 2024, diikuti dengan uji coba (commissioning) fasilitas dan jadwal peningkatan produksi (ramp-up) hingga akhir 2024.
Adapun lewat laporan yang sama, kemajuan pembangunan fisik Smelter Manyar telah mencapai 84% per trilwulan ketiga 2023. PTFI berharap pabrik pengolahan itu bisa beroperasi komersial perdana pada Mei 2023.
Berdasarkan laporan FCX, PTFI telah menyetor bea keluar kosentrat tembaga sebesar US$147 juta setara dengan Rp2,33 triliun selama triwulan ketiga tahun ini.
Sementara itu, penjualan konsolidasi konsentrat PTFI selama triwulan ketiga tahun ini mencapai 430 juta pound, lebih tinggi dari torehan periode yang sama tahun lalu di level 381 pound. Adapun, harga realisasi penjualan rata-rata berada di level US$3,77 per pound selama kurun 3 bulan terakhir.
Di sisi lain, penjualan emas konsolidasi PTFI mengalami penurunan ke angka 395.000 ounce, dari sebelumnya berada di level 476.000 ounce pada triwulan ketiga 2022.
Turunnya penjualan emas dalam bentuk lumpur anoda itu disebabkan karena penyesuaian izin ekspor, sekitar 75.000 lumpur anoda masih ditangguhkan untuk ekspor saat ini.
Dengan asumsi harga emas rata-rata sebesar US$1.900 per ounce pada kuartal IV/2023 dan torehan volume penjualan saat ini dan perkiraan biaya, biaya tunai bersih per unit untuk PTFI diperkirakan mencapai US$0,15 per pound tembaga hingga akhir 2023.
Sebelumnya, pemerintah masih mengkaji permohonan perpanjangan izin ekspor konsentrat tembaga dan lumpur anoda dari PTFI tersebut.
“Ya kita lihat saja [arahnya ke mana], nanti akan ada pembahasan kajian, komunikasi dengan Kementerian Keuangan dan lain-lain ini masih proses,” kata Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Dadan Kusdiana saat ditemui di Kementerian ESDM, Senin (23/10/2023).
Kendati demikian, Dadan menuturkan, kementeriannya menaruh perhatian pada rencana investasi Freeport yang terbilang besar saat ini untuk kawasan tambang Grasberg, Papua dan kawasan penghiliran lebih lanjut di Gresik, Jawa Timur.