Bisnis.com, JAKARTA - Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) sekaligus Plt. Menteri Pertanian Arief Prasetyo Adi mengaku bakal meninjau ulang data produksi jagung nasional.
Hal itu seiring banyaknya pihak termasuk DPR dan Kementerian Dalam Negeri meragukan ihwal data produksi yang selama ini diklaim Kementerian Pertanian surplus lebih dari 5 juta ton.
"Khusus jagung, hari ini saya minta tolong ke BPS untuk merilis apapun hasil dari KSA [kerangka sampel area] jagung, sehingga surplus yang 5 juta ton lebih itu bisa terkoreksi," ujar Arief saat ditemui di Gedung Bapanas, Senin (16/10/2023).
Adapun data prognosa neraca pangan yang diolah Bapanas per 20 September 2023, produksi jagung tahun ini diperkirakan mencapai 18,19 juta ton dengan stok awal 2023 sebanyak 3,08 juta ton. Sementara kebutuhan jagung tahunan sebanyak 16 juta ton. Dengan begitu ada potensi stok jagung surplus sekitar 5 juta ton.
Arief mengatakan bakal memperbaiki data produksi dan menelusuri realisasi produksi jagung di lapangan. Prognosa neraca jagung nasional pada kuartal IV/ 2023 menunjukkan defisit. Pada Oktober 2023 produksi jagung hanya 1,13 juta ton sedangkan kebutuhan mencapai 1,3 juta ton.
Begitupun produksi pada November 2023 sebesar 796.613 sedangkan kebutuhan mencapai 1,2 juta ton. Sedangkan pada Desember 2023, produksi jagung 916.550 ton dengan kebutuhan 1,27 juta ton.
Baca Juga
Oleh karena itu, intervensi harga jagung pakan tingkat pertenak diperlukan mengingat harga yang sudah melonjak 44,6% dari harga acuan pembelian (HAP).
Menyitir data panel harga pangan Bapanas, harga rata-rata jagung pakan di tingkat peternak per hari ini, 16 Oktober 2023 sebesar Rp7.050 per kilogram. Padahal dalam Perbadan No.5/2022 ditetapkan HAP jagung di tingkat peternak hanya Rp5.000 per kilogram.
"Nanti prognosa dan cara memperbaikinya benar. Sama-sama kita open mind, kita buka semuanya mana yang perlu dikoreksi," kata Arief.
Dia pun menegaskan bahwa dirinya kini yang merangkap jadi Plt. Menteri Pertanian juga bertanggung jawab terhadap produksi pangan di dalam negeri. Data surplus, perlu dibuktikan dengan ketersediaan pasokan dan stok secara nyata.
Adanya dampak El Nino yang menyebabkan kekeringan dan kurang air, hingga ketersediaan benih unggul dan pupuk diakui telah mengganggu produksi pangan, termasuk jagung. Arief mengklaim siap memperbaiki faktor-faktor yang berisiko menurunkan produksi tersebut.
"Jadi kalau surplusnya 5-6 juta [ton] pertanyaan pak Tito tadi 'barangnya ada di mana mas?' Nah oleh karena itu, saya sudah bersama Dirjen Tanaman Pangan akan melakukan review bersama-sama, kami tidak dalam posisi mempertahankan harus surplus, tapi kita harus jelaskan kondisi hari ini," ucap Arief.