Bisnis.com, SURABAYA - Subholding BUMN Kepelabuhanan PT Pelabuhan Indonesia (Persero), yaitu PT Pelindo Terminal Petikemas (SPTP) terus mengembangkan ekosistem pelabuhan yang terintegrasi guna meningkatkan efisiensi aktivitas bongkar muat.
Direktur Utama SPTP M. Adji mengatakan bahwa pengintegrasian ekosistem pelabuhan sudah dilakukan sejak bergabungnya empat regional Pelindo menjadi satu kesatuan. Dengan bergabungnya Pelindo menjadi kesatuan, membuat adanya kesamaan dalam pendataan dan berkas jika kapal beralih dari wilayah satu ke wilayah lainnya.
Adapun, keempat regional dari BUMN Kepelabuhanan, yakni PT Pelindo Multi Terminal, PT Pelindo Solusi Logistik, PT Pelindo Terminal Petikemas, dan PT Pelindo Jasa Maritim, melakukan penggabungan sejak 1 Oktober 2021.
Adji menuturkan, sebelum adanya penggabungan, masih ada perbedaan penggunaan sistem ketika bersandar dari satu pelabuhan ke terminal lainnya.
“Nah, sebelum merger kapal harus pakai sistemnya Medan, terus masuk Jakarta beda sistemnya, beda pembayarannya. Itu antara Pelindo satu dan yang lainnya berbeda sehingga membuat repot dan nggak bisa lebih efisien,” kata Adji kepada Tim Jelajah Pelabuhan Bisnis Indonesia, Selasa (17/10/2023).
Lebih lanjut, Adji mengatakan bahwa saat ini pihaknya juga terus melalukan transformasi dalam pengintegrasian antara pelabuhan peti kemas milik SPTP, salah satunya melakukan pertukaran data antara terminal dengan pelayaran.
Baca Juga
Adji mengatakan bahwa pertukaran ini dilakukan untuk mengetahui jadwal dan muatan yang dibawa oleh kapal dari suatu tempat ke tempat lainnya.
“Misal, dari Surabaya mau kirim barang ke Banjarmasin, pihak dari Banjarmasin sudah tahu muatan yang akan dibongkar di sana. Jadi disana nggak perlu upload lagi [dokumen] dan ini akan mempermudah perencanaan karena ketika kapal singgah sudah tahu akan ke mananya,” ujar Adji.
Arah integrasi ini sesuai dengan apa yang sudah dilakukan oleh pihak SPTP, yaitu dengan memperpendek waktu keberangkatan dan datang kapal (port stay) dan durasi barang di pelabuhan (cargo stay).
Adji menyampaikan bahwa dua upaya tersebut merupakan salah satu cara dari Pelindo Petikemas untuk melakukan efisiensi biaya logistik dari shipping line dan cargo owner. Sebab, salah satu cara untuk mengurangi biaya logistik, yaitu dengan mempercepat kapal bersandar di pelabuhan dan aktivitas bongkar muat bisa dipercepat.
“Jadi dua aja kita perpendek port stay dan cargo stay. Jadi itu saja tujuannya sehingga kapal kalau makin cepet akan memotong biaya dan akan lebih efisien,” ucap Adji.
Adji menuturkan, dua upaya tersebut membuat adanya percepatan yang terjadi di beberapa terminal petikemas. Dia mencontohkan yang paling menonjol adalah terminal di Sorong.
Sebelum, memperpendek waktu port stay, kata Adji, aktivitas bongkar muat di sana memerlukan waktu sekitar 3 hari. Namun, dengan pemangkasan waktu port stay sangat memotong lamanya waktu bongkar muat dari 72 jam menjadi 24 jam atau satu hari.