Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BPS: El Nino dan Larangan Ekspor Pangan Pengaruhi Kinerja Dagang RI

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kejadian El Nino dan larangan ekspor pangan mempengaruhi kinerja dagang Indonesia.
Buruh pelabuhan menurunkan beras impor asal Vietnam dari kapal kargo di Pelabuhan Malahayati, Kabupaten Aceh Besar, Aceh, Kamis (5/1/2023)./Antara
Buruh pelabuhan menurunkan beras impor asal Vietnam dari kapal kargo di Pelabuhan Malahayati, Kabupaten Aceh Besar, Aceh, Kamis (5/1/2023)./Antara

Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sederet peristiwa yang mempengaruhi kinerja perdagangan Indonesia dengan negara mitra sepanjang September 2023. 

Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar menyampaikan saat ini dampak dari fenomena El Nino terasa kuat di musim kemarau, yaitu pada periode Juli hingga Oktober 2023.  

Hal ini pun berpengaruh terhadap penurunan luas panen dan produksi padi karena terjadi kekeringan yang berkepanjangan serta berujung pada gagal panen. Alhasil, Indonesia berharap pada beras yang dikirim dari negara lain, alias impor. 

Di sisi lain, Amalia mencatat kebijakan restriksi atau pelarangan impor pangan hingga akhir tahun ini dari negara-negara mitra juga mempengaruhi perdagangan Indonesia. 

“Sejak India melakukan restriksi atau larangan ekspor pada Juli tahun ini, maka proprosi beras impor dari India terus menurun bahkan sangat kecil,” katanya dalam konferensi pes, Senin (16/10/2023). 

Dirinya melaporkan pada September 2023 proporsi beras asal India hanya mencakup 0,39% dari total impor beras. 

Akibatnya, Indonesia mencari pasar lain, yakni Impor beras dari Vietnam yang kini mencapai 74,06% dan Thailand hingga 24,35%. 

Selain India, Bangladesh dan Rusia turut menerapkan kebijakan yang sama, namun tidak memiliki dampak ke Indonesia. 

“Walaupun di kedua negara memberlakukan kebijalan larangan ekspor, kebetulan Bangladesh dan Rusia bukan negara impor utama, sehingga larangan yang dilakukan kedua negara tidak berdampak langsung terhadap kinerja impor beras Indonesia,” lanjutnya. 

Sementara itu, larangan ekspor juga berlaku bagi komoditas gula, di mana India, Lebanon, dan Pakistan yang menerapkan kebijakan tersebut. 

Amalia memaparkan proporsi gula asal India cukup dominan sejak 2022. Setelah adanya kebijakan tersebut, proporsi gula India di Indonesia terus mengalami penurunan dan digantikan oleh gula asal Thailand dan Brasil.

“Sama halnya seperti beras, walaupun Lebanon Pakistan menerapkan kebijakan, tetapi Indonesia tidak melakukan impor dari Lebanon dan Pakistan. Kebijakan restriksi ekspor yang dilakukan tidak berdampak langsung terhadap impor gula Indonesia,” paparnya. 

Selain beras dan gula, negara seperti Rusia, Kosovo, Serbia, Belarus, dan Uganda juga melakukan larangan ekspor jagung. Sementara India, Kosovo, Rusia, dan Afganistan menerapkan restriksi gandum. 

Negara seperti India dan Thailand pun tercatat dalam BPS yang berpengaruh besar terhadap surplus neraca dagang Indonesia yang pada September 2023 mencpaai US$3,42 miliar. 

India terpantau menjadi negara kedua dengan kontribusi surplus terbesar, yakni senilai US$1,14 miliar pada September 2023. Sementara Thailand menjadi negara dengan penyumbang defisit terdalam pada periode tersebut sebesar US$0,34 miliar yang diikuti Brasil sejumlah US$0,2 miliar. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper