Bisnis.com, JAKARTA — PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN melalui PLN Indonesia Power Renewables melakukan penandatanganan shareholders agreement joint venture dengan PT Trina Daya Agra Energy (TDAE) untuk produksi sel dan panel surya.
Penandatanganan kepemilikan sebagian saham ini dilakukan pada Rabu (11/10/2023) lalu di Hotel Grand Hyatt Jakarta.
TDAE sendiri gabungan perusahaan panel surya seperti Trina Solar Co. Ltd., Sinar Mas dan usaha patungan antara PT Dian Swastatika Sentosa dan PT Agra Surya Energy. Saat ini, pembangunan pabrik sel dan panel surya terbesar di Indonesia tengah dilakukan di Kawasan Industri Kendal, Jawa Tengah.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menilai positif terkait dengan kolaborasi tersebut. Darmawan berharap kerja sama itu dapat mengakselerasi bauran energi bersih di dalam negeri nantinya.
”Untuk melakukan transisi energi kami tidak bisa sendiri, dibutuhkan kolaborasi dengan berbagai pihak baik dari sisi kebijakan, teknologi, inovasi, dan investasi,” kata Darmawan lewat siaran pers, Sabtu (14/10/2023).
Darmawan menerangkan perseroan bakal berkontribusi signifikan pada usaha patungan tersebut. Hal ini sejalan dengan potensi energi surya di Indonesia yang sangat besar mencapai 207 Gigawatt (GW).
Baca Juga
”Hal ini juga akan mampu meningkatkan perekonomian Indonesia, sekaligus membangun kapasitas nasional,” lanjut Darmawan.
Darmawan mengungkapkan guna mencapai target produksi sebesar 1 Gigawatt Peak (GWP) akan digunakan teknologi TOPCon (Tunnel Oxide Passivated Contact) yang belum ada di industri Solar PV dalam negeri. Melalui teknologi TOPCon, efisiensi panel surya dapat ditingkatkan menjadi 28,7% dari rata-rata efisiensi saat ini berkisar 20%.
Chaiman Trina Solar Gao Jifan mengapresiasi kolaborasi dengan berbagai perusahaan dalam upaya mencapai karbon netral. Menurutnya saat ini dalam menjalankan bisnis bukan semata mencapai sisi ekonomi, namun penting juga memastikan keberlangsungan kehidupan generasi mendatang.
”Karbon netral ini bukan hanya masalah ekonomi tetapi juga untuk masa depan yang lebih baik sejalan dengan visi China dan Indonesia yang menargetkan karbon netral di tahun 2060,” kata Gao Jifan.
Menurut Gao, potensi tersebut didukung oleh lokasi Indonesia yang strategis serta pemangku kepentingan yang dinilainya sangat mendukung iklim usaha di Indonesia.
Senada dengan hal tersebut, Board Member Sinar Mas Group Franky Oesman Widjaja menilai upaya kolaborasi ini penting dilakukan sejalan dengan komitmen bersama dalam mendukung transisi ke sumber energi terbarukan.
”Kami di sini untuk mendukung proyek kemitraan ini, dan proyek yang kita lakukan ini punya banyak ruang untuk dikembangkan,” tutup Franky.