Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

China Beri Stimulus Industri, Ekspor Besi dan Baja RI Melesat

Kinerja ekspor besi dan baja RI ke China mengalami peningkatan volume seiring dengan pemberian stimulus pemerintah.
Pabrik baja di Jiaxing, Provinsi Zhejiang, China/Reuters-William Hong
Pabrik baja di Jiaxing, Provinsi Zhejiang, China/Reuters-William Hong

Bisnis.com, JAKARTA - Kinerja ekspor besi dan baja nasional ke China mengalami peningkatan dari segi volume. Hal ini didorong stimulus pemerintah China untuk meningkatkan perekonomian yang sempat mengalami pelemahan di semester I/2023.

Berdasarkan laporan China's National Development and Reform Commission (NDRC), stimulus China yang dimaksud yakni menghapus pembatasan pembelian mobil di tingkat negara bagian, meningkatkan infrastruktur pengisian daya electric vehicle (EV), serta renovasi bangunan lama di daerah pedesaan.

Adapun, 4 langkah yang diumumkan oleh NRDC ditujukan untuk menstimulasi konsumsi, mengoptimalkan pembelian kendaraann bermotor, memperluas konsumsi kendaraan energi baru, mendukung demand rumah yang tinggi dan meningkatkan konsumsi peralatan rumah tangga dan produk elektronik.

Direktur Komersial KRAS, Akbar Djohan mengatakan stimulus tersebut efektif meningkatkan perdagangan ekspor besi dan baja nasional, khususnya baja carbon (semi finish) seperti Hot Rolled Coil (HRC) dan Cold Rolled Coil (CRC) yang diperuntukkan konstruksi, infrastruktur, perkapalan, serta proyek minyak dan gas.

"Saat ini sentimen perekonomian China memang terdengar melemah, tetapi stimulus terbaru China berfokus pada konsumsi yang berupaya mendorong downstream demand untuk produk baja domestinya," kata Akbar kepada Bisnis.com, dikutip Selasa (26/9/2023).

Hal ini tercermin dari data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah ekspor besi dan baja (HS 72) ke China periode Januari-Juli 2023 sebesar 5,1 juta ton mengalami peningkatan sebesar 17 persen dibandingkan periode Januari-Juli 2022 yang sebesar 4,4 juta ton.

Sementara itu, dari segi nilai ekspor besi dan baja pada periode Januari-Juli 2023 senilai US$9,8 miliar, turun dari nilai ekspor periode tahun lalu 2022 sebelumnya US$10,6 miliar.

Di sisi lain, Akbar menuturkan, peningkatan ekspor ini juga didukung oleh efektivitas program hilirisasi, khususnya hilirisasi produk jenis baja nirkarat (stainless steel) sebagai produk unggulan ekspor ke China.

"Permintaan stainless steel di China tetap tinggi meskipun di tengah pelemahan ekonomi China. Hal ini disebabkan oleh pesatnya industrialisasi di China, baik produsen di hilir maupun hulu yang berhubungan langsung dengan permintaan stainless steel," ujarnya.

Diberitakan Bisnis.com sebelumnya, Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan terdapat perubahan komposisi dalam ekspor nonmigas Indonesia ke China dan Amerika Serikat (AS) dalam dua tahun terakhir.

Jika melihat dalam periode 2018 - Agustus 2023, lanjutnya, komoditas bahan bakar mineral (HS 27) mendominasi ekspor Indonesia ke China. Namun, struktur tersebut berubah dalam dua tahun terakhir telah digeser oleh komoditas ekspor besi dan baja (HS 72).

"Hal ini tentunya seiring dengan kebijakan hilirisasi dan pembangunan smelter pengolahan bijih nikel," jelasnya dalam rilis berita resmi statistik, Jumat (15/9/2023).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper