Bisnis.com, JAKARTA- Indonesian Iron & Steel Industry Association (IISIA) menangkap peluang positif pada permintaan baja nasional tahun ini yang terpacu oleh pertumbuhan positif sektor properti dan infrastruktur.
Kendati aktivitas impor telah terbatas, para pelaku usaha industri baja optimistis dapat memenuhi kebutuhan domestik. Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) Juni 2023, nilai impor baja (HS 73) mengalami penurunan 32 persen menjadi US$718.551 dari US$1 juta pada Mei 2023.
Ketua Kluster Bloom, Profile, Section, Engineering & Construction IISIA Fedaus mengatakan meskipun impor menurun, volume impor tersebut masih tinggi di atas 40 persen dari pangsa pasar domestik.
"Sektor pengguna baja yang paling besar adalah building dan infrastuktur, di dalamnya termasuk sektor properti, yang mencapai 77 persen dari total demand baja nasional," kata Fedaus kepada Bisnis, Jumat (25/8/2023).
Kondisi ini juga dapat meningkatkan porsi penggunaan baja nasional pada sektor properti. Apalagi, Fedaus menuturkan, produksi baja nasional terus melonjak yang disebabkan oleh kebijakan pemerintah dalam mengendalikan Impor.
Dalam hal ini, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) telah menginisiasi kebijakan substitusi impor sebesar 35 persen pada tahun 2022 dengan tujuan untuk memperbaiki neraca perdagangan nasional.
Baca Juga
"Kami berharap kebijakan ini dapat lebih ditingkatkan lagi agar pertumbuhan produksi baja nasional akan lebih baik lagi," ujarnya.
Lebih lanjut, pihaknya juga memandang positif berbagai kebijakan pemerintah berkenaan dengan kebijakan Program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN), substitusi impor, pemberlakuan SNI wajib, hingga pemberikan harga gas khusus untuk pengendalian impor.
"Berbagai kebijakan yg pemerintah yg mendorong pertumbuhan positif produksi baja nasional. Kami berharap kebijakan tsb dapat terus ditingkatkan, termasuk melalui penerapan neraca komoditas," pungkasnya.