Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Apindo Bantah Produksi Industri Mandek Imbas Impor Bahan Baku Melemah

Apindo angkat bicara soal indikasi penurunan kinerja industri dari segi produksi, imbas dari impor bahan baku yang turun signifikan.
Pekerja beraktivitas pada Alva Manufacturing Facility di Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Rabu (20/9/2023).  Bisnis/Arief Hermawan P
Pekerja beraktivitas pada Alva Manufacturing Facility di Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Rabu (20/9/2023). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menepis adanya indikasi penurunan kinerja industri dari segi produksi, imbas dari impor bahan baku/penolong dan barang modal yang turun signifikan.

Ketua Bidang Industri Manufaktur Apindo, Bobby Gafur Umar, menilai impor bahan baku yang turun bisa menjadi sinyal positif, di mana upaya subtitusi impor dan optimalisasi penggunaan produk dalam negeri berjalan baik.

Dia optimistis akan hal tersebut, mengingat Purchasing Managers's Index (PMI) Indonesia pada Agustus 2023 masih berada di level ekspansif yakni 53,9 dan unggul dibandingkan negara lainnya. Hal ini menunjukkan kepercayaan industri terhadap pertumbuhan bisnis.

"Kalau pesimis, 'aduh pertumbuhan industri turun nih, karena produk impor turun', tetapi ada indikasi ini justru shifting [beralih] ke produk lokal. Kalau lihat dari PMI indeks bulan lalu, Agustus masih bagus, berarti kan memang kondisinya masih bagus," kata Bobby kepada Bisnis, Kamis (21/9/2023).

Bobby menuturkan, dorongan untuk menaikkan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) atau produk dalam negeri dapat efektif meningkatkan jumlah pemakaian komponen domestik.

Apalagi, jika pemanfaatan platofrm pengadaan barang pemerintah, e-Katalog dapat terisi 40 persen pelaku industri domestik, dia meyakini efektivitasnya akan terus meningkat ke depannya.

"Shifting produk impor ini bukan berarti kita di subtitusi dengan fasilitas industri baru, banyak yang memang sebenarnya sudah ada di dalam negeri, tetapi kapasitas utilisasinya mungkin baru 40-60 persen," ujarnya.

Dengan adanya preferensi penggunaan komponen atau produk dalam negeri, dia meyakini utilitas pabrik domestik akan meningkat, sehingga menyebabkan penurunan impor.

Namun, dia menyatakan pihaknya masih perlu melihat PMI September 2023 untuk membuktikan penurunan impor bahan baku tidak dipengaruhi pelemahan industri.

Di sisi lain, dia pun tak menampik adanya sinyal perlambatan akibat ekonomi global yang terus diadang kontraksi. "Perlu waktu untuk melihat apakah shifting impor ke produk lokal ini real atau memang kondisi industri kita yang turun?" tuturnya.

Salah satu indikator dari melemahnya ekonomi global yakni inflasi Amerika Serikat yang masih tinggi. Kendati demikian, The Fed telah menahan suku bunga acuan di level 5,25-5,50 persen dalam pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada 19-20 September 2023 waktu setempat.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), impor bahan baku/penolong dan barang modal mengalami penurunan, sehingga kinerja impor secara keseluruhan merosot hingga 3,53 persen month-to-month (mtm) menjadi US$18,88 miliar. 

Adapun, nilai impor bahan baku atau penolong menurun 4,13 persen dibandingkan dengan bulan lalu pada Agustus 2023 menjadi sebesar US$13,34 miliar, dari sebelumnya US$13,92 miliar. Begitu pun secara tahunan yang turun 20,39 persen year-on-year (yoy), pada 2022 nilai impor mencapai US$16,76 miliar. 

Kondisi yang sama terjadi pada impor barang modal yang mengalami penurunan menjadi US$3,40 miliar. Adapun, angka tersebut turun 4,56 persen mtm dibandingkan dengan Juli 2023 sebesar US$3,56 miliar dan turun 3,97 persen yoy Agustus 2022 sebesar US$3,54 miliar.

Sebelumnya, Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar, mengatakan impor bahan baku menurun disebabkan penurunan impor minyak mentah, kondensat, dan bagian dari sirkuit terpadu elektronik. Untuk barang modal, impor menurun dikarenakan penurunan impor smartphone, peralatan mesin, mesin diverging, dan unit pengolahan lain untuk komputer. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper