Bisnis.com, JAKARTA - PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI akan melakukan impor KRL baru asal Jepang dan membeli buatan PT Industri Kereta Api (Persero) atau Inka sebagai bagian dari peremajaan.
Direktur Perencanaan Strategis dan Pengembangan Usaha KAI John Robertho menjelaskan penambahan KRL akan dilakukan melalui impor tiga rangkaian kereta baru dari Jepang pada 2024 dan membeli 24 rangkaian kereta baru dari PT Inka.
“Dengan kondisi volume penumpang ini, kami membutuhkan sarana untuk memenuhi pelayanan KRL Jabodetabek sehingga okupansi saat jam sibuk ini tidak terlalu padat,” jelas dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR RI di Kompleks Parlemen, Jakarta, dikutip Rabu (20/9/2023).
Berdasarkan proposal harga yang diberikan oleh JR East pada 30 Juni 2023, satu kereta atau gerbong KRL baru dibanderol seharga Rp18,8 miliar dengan asumsi kurs 1 yen= Rp104,44.
Sementara itu, sebuah trainset yang terdiri atas 12 kereta atau gerbong dipatok seharga Rp225,6 miliar. Dengan demikian, jika PT KAI akan membeli tiga trainset baru, dana yang diperlukan adalah sebesar Rp676,8 miliar.
Sementara itu, KAI juga akan membeli 24 rangkaian kereta baru dari Inka. Berdasarkan kontrak pengadaan 16 trainset yang telah ditandatangani pada Maret 2023, harga 1 unit kereta atau gerbong buatan Inka adalah sekitar Rp19,95 miliar.
Baca Juga
Selanjutnya, sebuah trainset buatan Inka yang terdiri atas 12 kereta atau gerbong dipatok seharga Rp239,37 miliar. Berdasarkan perhitungan tersebut, total dana yang akan dikeluarkan untuk membeli 24 rangkaian kereta baru adalah sebesar Rp5,74 triliun.
Selain itu, KAI juga akan melakukan peremajaan kereta existing atau retrofit yang juga dilakukan oleh Inka. John mengatakan, pihaknya akan meretrofit 19 rangkaian kereta dengan biaya Rp117,66 miliar per trainset sehingga proses retrofit diproyeksikan menelan dana Rp2,23 triliun.
Sebelumnya, PT KAI mengajukan usulan Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp2 triliun untuk 2024. Suntikan dana tersebut rencananya akan digunakan untuk peremajaan dan pembelian KRL.
John menjelaskan, pembelian kereta tersebut perlu dilakukan seiring dengan jumlah pertumbuhan penumpang KRL Jabodetabek yang terus meningkat.
Sebagai informasi, layanan KRL Jabodetabek dioperasikan oleh entitas anak usaha, yakni PT Kereta Commuter Indonesia atau KAI Commuter.
John menjelaskan, KRL Jabodetabek diproyeksikan mengangkut sebanyak 274 juta penumpang hingga akhir 2023 mendatang. Adapun, rata-rata okupansi penumpang pada jam sibuk akan mencapai 129 persen dan 71 persen pada waktu normal.
Sementara itu, jumlah penumpang pada 2024 diprediksi menembus 345 juta orang. Adapun, rata-rata okupansi penumpang pada jam sibuk diproyeksikan melonjak hingga 163 persen dan 89 persen pada jam normal.
John melanjutkan, tren pertumbuhan penumpang akan terus berlanjut hingga mencapai puncaknya pada 2027 dengan proyeksi 410 juta orang.