Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan bahwa Indonesia memiliki modal besar untuk menjadi negara maju.
Pemerintah menargetkan PDB Nominal Indonesia mencapai US$9,8 triliun dengan GNI per kapita US$30.300 pada 2045, serta kontribusi manufaktur ditargetkan mencapai 28 persen dengan serapan tenaga kerja sebesar 25,2 persen.
“Indonesia punya modal yang besar untuk mencapai sasaran sebagai bangsa yang maju,” katanya melalui keterangan resmi, dikutip Sabtu (16/9/2023).
Airlangga menjelaskan bahwa modal besar tersebut di antaranya angkatan kerja yang besar dan masuk periode bonus demografi, serta ekonomi digital Indonesia yang mencakup 40 persen dari transaksi ekonomi digital di Asean yang diprediksi tumbuh lima kali lipat pada 2030.
Indonesia pun, kata dia, menyiapkan diri menjadi anggota OECD yang mana keanggotaan ini sangat bermanfaat, terutama untuk meningkatkan standar kebijakan dari pemerintah, sehingga menjadi lebih unggul untuk perekonomian yang adil, inklusif, bebas dari korupsi, dan berwawasan lingkungan.
“Pada pertemuan dengan OECD beberapa waktu lalu, 38 negara anggota OECD menyambut baik dan mendukung keinginan Indonesia untuk bergabung ke dalamnya. Indonesia butuh untuk harmonisasi regulasi dengan lebih dari 200 standar yang ditetapkan oleh OECD. Ini bukan pekerjaan yang mudah, tentunya membutuhkan peran dari para stakeholder termasuk ekonom yang tergabung dalam ISEI,” katanya.
Baca Juga
Untuk upaya mencapai Visi Indonesia Emas 2045, Airlangga menjelaskan beberapa hal juga dilakukan pemerintah, yakni mendorong penyiapan SDM yang berkualitas, peningkatan digitalisasi, serta meningkatkan nilai tambah komoditas melalui industrialisasi dan hilirisasi.
Program Kartu Prakerja, salah satunya, yang didorong untuk penyiapan SDM berkualitas sudah diikuti sebanyak 17,7 juta masyarakat sejak tahun 2020.
Berbagai program pengembangan digital talent, termasuk melalui Kawasan Ekonomi Khusus di Nongsa Digital Park Batam juga terus dimaksimalkan.
“Dalam KTT Asean 2023, Indonesia juga telah mendorong Digital Economy Framework Agreement [DEFA] yang merupakan ekosistem digital yang diharapkan dapat meningkatkan nilai perekonomian digital dari yang semula US$1 triliun menjadi US$2 triliun pada 2030,” jelasnya.