Bisnis.com, JAKARTA - Kendati terdapat potensi perlambatan perekonomian China, permintaan barang ekspor ke Negeri Tirai Bambu tersebut masih baik.
Plt Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti menuturkan bahwa memang ada potensi dari perlambatan perekonomi China.
Namun Amalia mengatakan bahwa ekspor Indonesia ke China masih cukup solid dan permintaan dari pasar Negeri Tirai Bambu tersebut masih tumbuh positif.
“Artinya demand atau permintaan dari pasar China masih akan ada, karena dia [China] tidak mengalami kontraksi perekonomianya,” jelas Amalia dalam rilis berita resmi statistik, Jumat (15/9).
Dengan mengacu China sebagai negara utama ekspor Indonesia yang masih tumbuh positif, Amalia berpendapat bahwa masih akan ada permintaan dari negara perekonomian terbesar kedua di dunia tersebut. Menurutnya, hal ini juga tercermin dari angka ekspor Indonesia.
Sebelumnya, Amalia menuturkan bahwa nilai ekspor nonmigas ke China naik 9,36 persen (month-to-month/mtm). Adapun komoditas yang mengalami kenaikan adalah lemak dan minyak hewani/nabati (HS 15). Komoditas ini juga menjadi komoditas ekspor utama Indonesia ke China.
Baca Juga
Selain itu, peningkatan juga diikuti dengan industri besi dan baja (HS 72) yang naik sebesar 7,59 persen.
Lalu, secara kumulatif dari Januari-Agustus 2023, pangsa ekspor nonmigas ke China mengalami peningkatan. Jika pada tahun lalu dalam periode yang sama pangsa ekspor sebesar 21,26 persen dari total ekspor nonmigas, kini pada 2023 meningkat menjadi 24,96 persen.