Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kementan Pede Produksi 1,5 Juta Ton Beras Siap Sebelum Panen Raya 2024

Kementerian Pertanian tengah mengebut penanaman 500.000 hektare padi untuk mengantisipasi pasokan beras di tengah ancaman El Nino ekstrem.
Petani beraktivitas di lahan persawahan di kawasan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Banten, Senin (17/1/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Petani beraktivitas di lahan persawahan di kawasan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Banten, Senin (17/1/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) optimistis tambahan produksi 1,5 juta ton beras bisa direalisasikan sebelum panen raya tahun depan.

Kementan tengah mengebut penanaman 500.000 hektare padi untuk mengantisipasi pasokan beras di tengah ancaman El Nino ekstrem.

"Bisa [hasilkan] 3 juta ton gabah setara beras 1,5 juta ton," ujar Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan Suwandi saat ditemui di Gedung DPR RI, Rabu (13/9/2023).

Suwandi mengatakan, saat ini penanaman padi 500.000 hektare terus berlangsung, tersebar di 10 provinsi dan 100 kabupaten. Adapun, pertanaman padi itu bisa dipanen pada November-Desember 2023. Sejumlah daerah yang diharapkan memiliki produksi besar, antara lain Sumatra Selatan, Kalimantan Selatan, Jawa Barat, Jawa Timur, Banten, dan Nusa Tenggara Barat (NTB).

"Paling lambat Januari sebagian, sebelum panen raya. Ini memang untuk ngejar tahun ini supaya panen di akhir tahun," tutur Suwandi.

Sementara itu, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan bahwa pihaknya menerima laporan sejumlah daerah yang terdampak El Nino mengalami serangan puso yang tidak signifikan. Menurutnya, puso yang terjadi masih cenderung aman di dalam kondisi kekeringan saat ini.

"Rata-rata [puso] tidak ada yang lebih dari ratusan hektare, paling 8-10 hektare, dan itu normatif aja dalam kondisi kekeringan seperti saat ini," tutur Syahrul.

Berdasarkan data BPS, Syahrul menyebut bahwa luas panen padi pada September 2023 akan mencapai 832.000 hektare dan Oktober 753.000 hektare. Secara kumulatif, produksi padi sepanjang Januari-Oktober 2023 diperkirakan mencapai 27,88 juta ton dengan konsumsi sebanyak 25,44 juta ton.

Dengan begitu, Syahrul menyebut neraca beras masih surplus 2,44 juta ton. Namun, Syahrul mengakui pihaknya telah memproyeksikan adanya risiko distorsi produksi beras berkisar 380.000 ton - 1,2 juta ton akibat adanya fenomena kekeringan karena El Nino. 

Sebelumnya, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengakui pergerakan harga beras akan bergantung pada produksi gabah kering panen (GKP) yang dihasilkan petani. Namun, panen di musim gadu ternyata hanya akan mencapai 30 persen dari panen di musim hujan.

Oleh karena itu, menurut Arief, selain memenuhi stok dari importasi, upaya menggenjot produksi dalam negeri juga menjadi kunci mengatasi masalah perberasan saat ini.

"Insyaallah [harga turun], harapannya gitu ya tergantung produksi. Produksi kita kuatin sehingga kesejahteraan petani meningkat," kata Arief saat ditemui di Gudang Perum Bulog Kanwil DKI Jakarta dan Banten, Senin (11/9/2023).

Data Kerangka sampel area (KSA) yang diolah Bapanas menunjukkan bahwa produksi beras Januari - Oktober 2023 lebih rendah 660.000 ton dibandingkan periode yang sama di 2022. Di sisi lain, konsumsi beras pada Januari - Oktober 2023 sebanyak 25,44 juta ton juga tercatat lebih tinggi 1,15 persen dari 2022 sebanyak 25,15 juta ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper