Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo merespons soal harga beras saat ini yang masih mahal. Menurutnya, lonjakan harga beras tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga dialami hampir seluruh negara di dunia.
"Di seluruh dunia, terutama di Asean harganya [beras] juga seperti itu [naik]," ujar Syahrul di Gedung DPR RI, Rabu (13/9/2023).
Syahrul menyebut, harga beras di Singapura saat ini tembus Rp37.000 per kilogram, Thailand Rp18.000 per kilogram, dan Vietnam Rp14.000 per kilogram.
Menurutnya, kenaikan harga beras global telah membentuk psikologi pasar di dalam negeri. Dengan begitu, Syahrul menganggap harga beras di Indonesia masih yang paling rendah di tengah kenaikan harga beras secara global.
Menyitir data panel harga pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas), Rabu (13/9/2023), rata-rata harga beras medium secara nasional per hari ini telah tembus Rp12.810 per kilogram. Harga tersebut naik 0,55 persen dari harga kemarin. Padahal, harga eceran tertinggi (HET) beras medium berdasarkan Perbadan No.7/2023, yakni berkisar Rp10.900 hingga Rp11.800 per kilogram tergantung wilayah.
"Jadi kita mengalami sedikit psikologi masyarakat yang kuat," kata Syahrul.
Baca Juga
Sementara itu, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso membeberkan, harga beras impor yang didatangkan masih cenderung aman di bawah rata-rata harga pasar saat ini yang melonjak. Bahkan, menurutnya, harga beras impor di negara asal yang didatangkan Bulog masih cukup kompetitif untuk kualitas premium dengan kadar pecah 5 persen.
"Jadi [beras] yang kita impor hari ini dengan peningkatan harga internasional yang signifikan, kita masih mendapatkan [harga beras] kurang dari Rp11.000 [per kilogram] sampai di gudang Bulog. Itu juga berasnya premium," kata Buwas.
Berdasarkan catatan Bisnis, Senin (11/9/2023), Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, harga beras di dalam negeri juga dipengaruhi pergerakan harga di pasar global. Dia mengibaratkan harga beras seperti halnya harga bahan bakar minyak (BBM) yang berfluktuasi mengikuti harga minyak dunia.
"Ini harga pangan juga seperti itu," ujar Jokowi saat memantau penyaluran bantuan sosial (bansos) beras di Gudang Bulog, Dramaga, Bogor.
Di sisi lain, penutupan keran ekspor beras nonbasmati India, kata Jokowi, juga memengaruhi harga beras saat ini. Sebagaimana diketahui, India sebagai produsen beras terbesar dunia sudah sejak Juli 2023 melakukan restriksi ekspor beras nonbasmati mereka dengan alasan pengamanan stok untuk kebutuhan dalam negerinya.
"Sama dulu kayak wheat [gandum], Ukraina dan Rusia memiliki stok sampai 200 juta ton, terus setop [ekspor], sehingga ada guncangan dan naik harga gandum," kata Jokowi.