Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Bank Dunia (World Bank) Ajay Banga menuturkan kebutuhan investasi terhadap energi terbarukan atau renewable energy seluruh dunia mencapai US$1 triliun per tahun.
Angka setara sekitar Rp15 kuadriliun atau Rp15.270 triliun dengan asumsi Rp15.270 per dolar AS. Nilai tersebut bahkan setara dengan 5 kali lipat jumlah APBN 2023 sebesar Rp3.061 triliun.
“Dunia membutuhkan US$1 triliun per tahun untuk diinvestasikan hanya pada energi terbarukan,” ujarnya dalam Plenary Session: General Outlook from the Region di rangkaian Asean Indo-Pacific Forum (AIPF), Selasa (5/9/2023).
Hal yang menjadi tantangan, dana sejumlah US$1 triliun per tahun tersebut tidak tersedia dalam neraca keuangan Bank Dunia, maupun negara lainnya. Dana tersebut juga tidak tersedia oleh para filantropi maupun pemerintah.
Untuk itu, Banga meminta sektor swasta untuk terlibat dalam penghimpunan dana US$1 triliun per tahun sebagai upaya beralih menuju energi terbarukan.
“Sekarang, Inter-American Development Bank dan Bank Dunia bergabung, maka akan ada dua pihak yang bertanggung jawab. Kami perlu bekerja sama dengan Asian Development Bank, African Development Bank, dan yang paling penting dengan sektor swasta juga, untuk membawa uang ini masuk,” lanjutnya.
Baca Juga
Banga juga menjelaskan serangkaian hal yang pihaknya telah coba, termasuk pendekatan terhadap kemitraan.
Dalam kesepakatan G20 pun, negara-negara yang terhimpun telah menyusun kerangka kerja sama untuk memilik sistem kecukupan modal di bank yang cocok, apakah itu equity loan ratio, atau dengan hybrid capital dan portfolio guarantees serta pendanaan dari concessional capital.
“Agar negara-negara dapat menggunakan sumber daya pada masalah yang tepat. Semua itu adalah bagian dari apa yang kami lakukan,” sebutnya.
Dari dalam negeri, pemerintah Indonesia sendiri memperkirakan kebutuhan investasi lebih dari US$1 triliun untuk beralih menuju net zero emission (NZE) sampai dengan 2060. Sementara dunia membutuhkan US$1 triliun per tahun.