Bisnis.com, JAKARTA - Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) optimistis pertumbuhan industri mebel dalam negeri dapat terdongkrak seiring dengan pemulihan konsumsi rumah tangga domestik dan strategi menjangkau pasar ekspor yang lebih luas.
Ketua Presidium HIMKI Abdul Sobur mengatakan, pasar domestik masih menjadi pangsa pasar yang stabil jika dibandingkan dengan kondisi global market yang tidak menentu saat ini.
"Kalau dalam negeri relatif stabil malah ada pertumbuhan di angka 5 persen," kata Sobur saat ditemui Bisnis, Senin (21/8/2023).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor furnitur (HS 94) pada Juni 2023 mengalami penurunan menjadi US$174 juta dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yakni sebesar US$263 juta.
Sobar menuturkan bahwa nilai ekspor furnitur dari tahun 2021 ke 2022 mengalami penurunan sebesar 20 persen. Pada 2023, dia melihat masih ada penurunan ekspor furnitur karena ketidakpastian global.
"Kondisi globalnya kita bisa lihat, pasar utama kita ke Amerika itu mengalami penurunan yang tajam karena Amerika dilanda inflasi yang besar," ujarnya.
Baca Juga
Kemudian, pasar terbesar kedua, yaitu Uni Eropa yang juga masih terkoreksi karena terjadi perang. Namun, Himki kini tengah mencari celah untuk mengalihkan pasar furnitur ke negara alternatif, seperti Timur Tengah dan India.
"Kalau lihat data akan terjadi penurunan ekspor dibanding tahun lalu, hitungan saya antara 1-2 digit untuk ekspor menurun," pungkasnya.
Adapun, BPS mencatat kinerja industri furnitur mencatatkan produk dometik bruto (PDB) atas dasar harga kontan (ADHK) sebesar Rp6,99 triliun pada kuartal I/2023. Angka ini turun 8,38 persen dari Rp7,63 triliun pada kuartal yang sama tahun sebelumnya.
Sejumlah negara di Eropa, seperti Georgia, Estonia, Denmark, Hongaria, Italia, Polandia, Portugal, Prancis, Serbia, Romania, Slovakia, Slovenia, Spanyol bahkan Rusia dan Ukraina masih memesan produk furnitur Indonesia pada 4 bulan pertama 2023.