Bisnis.com, JAKARTA – Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) menyebut industri furnitur Indonesia masih mengandalkan pasar ekspor Amerika Serikat dan Eropa. Bagi pelaku usaha, sukar mendapatkan pasar ekspor baru.
Padahal baik AS maupun Eropa sejak tahun lalu didera permasalahan ekonomi imbas dari perang Rusia-Ukraina. Hal inipun berdampak pada penurunan kinerja industri furnitur nasional.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), industri furnitur mencatatkan produk dometik bruto (PDB) atas dasar harga kontan (ADHK) sebesar Rp6,99 triliun pada kuartal I/2023. Angka ini turun 8,38 persen dari Rp7,63 triliun pada kuartal yang sama tahun sebelumnya.
“Sampai saat ini pasar AS dan Eropa adalah pasar terbesar produk mebel dan kerajinan nasional,” tutur Ketua Umum HIMKI Abdul Sobur dalam keterangannya pada Senin (19/6/2023).
Dalam catatan BPS, sejumlah negara di Eropa seperti Georgia, Estonia, Denmark, Hongaria, Italia, Polandia, Portugal, Prancis, Serbia, Romania, Slovakia, Slovenia Spanyol bahkan Rusia dan Ukraina masih memesan produk furnitur Indonesia pada empat bulan pertama 2023.
Tidak hanya Eropa, Amerika Serikat sepanjang Januari hingga April tahun ini tercatat masih mengimpor produk furnitur Indonesia.
Baca Juga
Meskipun demikian, Abdul menyebut pelaku industri furnitur harus terus berusaha untuk menembus pasar-pasar baru guna mengantisipasi jika situasi semakin memburuk. Para pelaku usaha, sebutnya, telah mempertimbangkan pasar Timur Tengah, India dan pasar Asia lainnya.
Dalam catatan BPS, industri furnitur juga telah mengekspor produk ke sejumlah negara di Timur Tengah, seperti Albania, Turki, Mesir, Yaman, Israel, Bahrain, Arab Saudi dan sederet negara di Timur Tengah lainnya.
“Kami berharap dengan adanya pameran IFEX [Indonesia furnitur expo] 2023 yang dilakukan pada Maret lalu bisa menahan penurunan ekspor tersebut pada kuartal selanjutnya,” tambah Abdul.
Pada Maret lalu, HIMKI mengadakan pameran IFEX 2023 dan menargetkan transaksi langsung sebesar US$250 atau setara dengan Rp3,74 triliun (kurs Rp14.998) juga transaksi follow up sebanyak US$750 atau Rp11,24 triliun.