Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perdagangan Bebas Asean-Hong Kong, Bahan Baku Kayu Berpotensi Terbang Keluar Ancam Mebel Domestik

Selain membuka keran impor, kerja sama perdagangan inipun akan merangsang ekspor termasuk bahan baku kayu. Karena itu, pengusaha mebel meminta agar pemerintah mengatur perdagangan kayu agar pengusaha lokal terjamin.
Pekerja menyelesaikan tahap produksi mebel kayu jati di Desa Mekar Agung Lebak, Banten. Kerajinan mebel berupa kursi, meja, dan tempat tidur yang berbahan dasar limbah kayu jati dan mahoni dengan harga berkisar Rp13 juta hingga Rp5 juta per unit./Antara-Mansyur S
Pekerja menyelesaikan tahap produksi mebel kayu jati di Desa Mekar Agung Lebak, Banten. Kerajinan mebel berupa kursi, meja, dan tempat tidur yang berbahan dasar limbah kayu jati dan mahoni dengan harga berkisar Rp13 juta hingga Rp5 juta per unit./Antara-Mansyur S

Bisnis.com, JAKARTA - Perdagangan bebas Asean Hong Kong di satu sisi memudahkan pelaku usaha mendapatkan bahan baku impor dengan bea masuk murah bahkan 0 persen. Sisi lainnya, terbuka peluang besar ekspor kayu sehingga berpotensi mengikis bahan baku mebel. 

Namun demikian, Ketua Presidium Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Abdul Sobur mengatakan ada pula ancaman bahan baku kayu di dalam negeri bakal tergerus karena daya tarik ekspor.

"Bagi industri hilir menjadi rawan karena besar kemungkinan kalau tata kelola  belum rapih, ada ancaman bahan baku untuk hilir jadi berkurang," kata Abdul kepada Bisnis, Rabu (20/4/2022).

Dia juga mengatakan, untuk mengamankan bahan baku untuk industri mebel domestik, pemerintah dalam hal ini Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan perlu duduk bersama mengatur jenis kayu dengan kualifikasi tertentu yang diizinkan untuk diekspor.

Dia mengatakan jika tata kelola niaga bahan baku tak diatur, industri mebel domestik bakal kesulitan mencapai target nilai ekspor US$5 miliar pada 2025. Saat ini saja, lanjut Abdul, pelaku usaha sudah mengalami kesulitan pasokan bahan baku kayu dan rotan.

Sementara itu, mengenai dibukanya keran impor, Abdul mengatakan hal itu justru akan mempermudah pelaku usaha mendapatkan bahan baku. Sebab, untuk tujuan ekspor tertentu, bahan baku dari dalam negeri tidak bisa digunakan. Sejauh ini bahan baku kayu impor menyumbang 20 persen dari total kebutuhan industri mebel.

"Terutama yang ke Amerika Serikat, pakai kayu oak atau cherry. Kalau bahan baku dari sana, standarisasinya bagus sekali dan jika dikembalikan ke sana, sudah sesuai dengan alam di sana," jelasnya.

Sepanjang tahun lalu, ekspor mebel dan kerajinan mencapai US$3,42 miliar tumbuh 25,83 persen dibandingkan 2020. Tahun ini nilai ekspor ditargetkan sebesar US$3,69 miliar, hingga mencapai US$5 miliar pada 2025.

Sementara itu impor mebel dan kerajinan sepanjang tahun lalu tercatat sebesar US$1,18 miliar, tumbuh 25,96 persen dibandingkan 2020.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Reni Lestari
Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper