Bisnis.com, JAKARTA –– Data Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) mencatat total investasi yang masuk ke negara-negara Asean tumbuh 5 persen pada 2022. Capaian ini sangat baik karena dalam periode yang sama investasi dunia justru turun hingga –12 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia melihat investasi di Asean yang terus tumbuh positif, sekalipun ada ketidakpastian global, sejalan dengan tema Keketuaan Indonesia Asean 2023, yakni menjadi pusat pertumbuhan dunia atau Epicentrum of Growth.
Meski demikian, Bahlil menyoroti asas pemerataan investasi yang belum optimal. Menurutnya, konsentrasi investasi langsung atau foreign direct investment (FDI) pada segelintir golongan akan mengancam kesatuan Asean di masa depan.
“Pada 2022, 60 persen FDI yang masuk ke Asean hanya dinikmati oleh kurang dari 1 persen penduduk Asean. Ke depan, Asean perlu lebih memupuk kolaborasi secara konkret dalam upaya promosi dan fasilitas investasi agar Asean betul-betul dapat menjadi satu komunitas, satu rumah, satu keluarga,” ujar Bahlil dalam pertemuan AEM-26th Asean Investment Area (AIA) Council, dikutip dalam keterangan resmi, Minggu (20/8/2023).
Sementara itu, PBB melalui UNCTAD (United Nation Conference on Trade and Development) melaporkan Asean Investment Report (AIR) 2023 yang memotret pertumbuhan investasi Asean pada 2022 naik 5 persen dengan total investasi US$224 miliar. Realisasi tersebut mencakup 17,2 persen dari total investasi dunia.
Hal ini merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah di tengah arus investasi dunia yang turun hingga 12 persen menjadi US$1,3 triliun di tahun yang sama.
Baca Juga
Penurunan pertumbuhan investasi tersebut didominasi oleh negara-negara maju yang dipacu oleh perang Rusia dan Ukraina yang mengakibatkan kenaikan harga pangan serta energi dunia.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Divisi Investasi dan Bisnis UNCTAD James Zhan melihat perbedaan yang sangat kontras dalam arus investasi ke negara berkembang dan negara maju tersebut.
“Arus investasi ke Asia Tenggara bahkan meningkat hingga 5 persen, melampaui level global dan negara maju. Menteri-menteri Asia Tenggara telah berhasil dalam hal menarik investasi ke kawasan ini,” ungkap James.
Laporan UNCTAD juga menggarisbawahi pertumbuhan manufaktur di Asean yang meningkat tajam. Tercatat pada 2020 pertumbuhan manufaktur tetap tumbuh mencapai US$11 miliar saat seluruh dunia juga terpuruk.
Kekuatan Asean juga tercermin dari pemulihan yang berlangsung cepat. Terbukti pada 2021 manufaktur mengalami lonjakan pertumbuhan 400 persen menjadi US$55 miliar dan tetap mampu naik pada 2022 senilai US$62 miliar.