Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonomi China Anjlok, PBOC Pangkas Suku Bunga Acuan Terbesar Sejak 2020

Bank sentral China atau PBOC secara tidak terduga menurunkan suku bunga acuan dengan jumlah terbesar sejak 2020 seiring anjloknya ekonomi domestik.
Mata uang Yuan China. Dok. Freepik
Mata uang Yuan China. Dok. Freepik

Bisnis.com, JAKARTA - Bank sentral China atau PBOC secara tidak terduga menurunkan suku bunga acuan dengan jumlah terbesar sejak 2020, untuk mendorong perekonomian China yang menghadapi risiko baru akibat memburuknya sektor properti. 

Mengutip Bloomberg Selasa (15/8/2023), PBOC menurunkan suku bunga pinjaman satu tahun, atau fasilitas pinjaman jangka menengah (MLF) sebesar 15 basis poin (bps) menjadi 2,5 persen. 

Sedangkan, berdasarkan survei oleh Bloomberg, semua kecuali satu dari 15 analis memperkirakan suku bunga akan tetap tidak berubah.  Kemudian, suku bunga pengembalian kembali tujuh hari, yakni suku bunga kebijakan jangka pendek, menurunkan sebesar 10 bps menjadi 1,8 persen. 

"Waktu yang sedikit lebih awal dan penurunan suku bunga MLF 15 basis poin yang lebih besar dari yang diharapkan menunjukkan bahwa Beijing merasakan urgensi untuk mengambil lebih banyak tindakan pelonggaran kebijakan untuk menstabilkan ekspektasi dan pertumbuhan," ungkap kepala ekonom China di Credit Agricole Xiaojia Zhi. 

Kejutan ini menunjukan kekhawatiran yang meningkat mengenai prospek yang memburuk, terutama di pasar real estat, yakni  pengembang properti besar lainnya kini menghadapi krisis utang dan penjualan rumah terus menurun.  

Penurunan suku bunga acuan China dapat mendorong obligasi pemerintah dan membebani nilai tukar. Tindakan pelonggaran PBOC juga menambah tekanan pada yuan, yang telah jatuh ke level terendah sejak November 2022 karena prospek pertumbuhan ekonomi yang melemah. 

Pemangkasan suku bunga tersebut juga dilakukan tak lama setelah rilisnya data aktivitas ekonomi China pada Juli 2023 dan Biro Statistik Nasional, yang menunjukan lemahnya pemulihan Negeri Tirai Bambu tersebut.

Berikut rincian data ekonomi China terbaru:

  • Produksi industri meningkat 3,7 persen pada Juli 2023 (yoy), lebih rendah dari estimasi median 4,3 persen dalam survei ekonom Bloomberg.

  • Pertumbuhan penjualan ritel melambat menjadi 2,5 persen, lebih buruk dari perkiraan rata-rata sebesar 4 persen.

  • Pertumbuhan investasi aset tetap melemah menjadi 3,4 persen dalam tujuh bulan pertama tahun ini, di bawah perkiraan 3,7 persen oleh para ekonom.

  • Tingkat pengangguran perkotaan naik menjadi 5,3 persen dari 5,2 persen di bulan Juni 2023.

  • Dalam pernyataannya, Biro Statistik Nasional China tidak mempublikasikan angka tingkat pengangguran kaum muda.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper