Bisnis.com, JAKARTA -- Bank-Bank China memberikan pinjaman bulanan yang paling rendah sejak Juli 2009, menandakan permintaan yang lemah di Negeri Tirai Bambu tersebut yang meningkatkan risiko tekanan deflasi yang berkepanjangan.
Bank sentral China (PBOC) pada Jumat (11/8) melaporkan bahwa pinjaman baru mencapai sebesar 345,9 miliar yuan dalam Juli 2023, atau sekitar Rp732 triliun. Hal ini berbeda jauh dengan perkiraan ekonom dalam survei Bloomberg yang sebesar 780 miliar yuan.
Kemudian, PBOC juga melaporkan bahwa pendanaan agregat, ukuran kredit yang lebih luas mencapai 528,2 miliar pada Juli 2023, jauh di bawah perkiraan.
“Ini merupakan kekecewaan yang besar, membuktikan rapuhnya status pemulihan di China,” ungkap ahli strategi makro Asia di Societe Generale, Kiyong Seong, seperti pemberitaan Bloomberg yang dikutip Senin (14/8/2023).
Dia mengatakan bahwa probabilitas pelonggaran PBOC lebih lanjut dalam waktu dekat semakin meningkat. Menurunnya pinjaman menjadi tanda lain dari lemahnya permintaan di China. Laporan ini juga menambah deretan data negatif, yang menunjukan deflasi dalam perekonomian, menurunnya ekspor dan merosotnya aktivitas manufaktur.
Kemudian, krisis pasar properti juga diketahui semakin memburuk, dengan meningkatnya kekhawatiran akan terjadinya gagal bayar pada sebuah pengembang besar.
Baca Juga
Ekonom China Bloomberg David Qu mengatakan pertumbuhan kredit China yang jauh lebih rendah dari perkiraan di Juli 2023 mengirimkan sinyal bahwa penurunan suku bunga PBOC pada Juni 2023, tidak cukup untuk meningkatkan sentimen dalam perekonomian.
Kemudian, menurutnya, permintaan kredit oleh perusahaan-perusahaan swasta dan rumah tangga menjadi lesu, setelah lonjakan singkat pada Juni 2023 karena lemahnya kepercayaan diri yang terus menghambat investasi dan pembelian rumah.
“Permintaan kredit oleh perusahaan-perusahaan swasta dan rumah tangga menjadi lesu setelah lonjakan singkat di bulan Juni karena lemahnya kepercayaan diri terus menghambat investasi dan pembelian rumah,” jelasnya dalam laporannya.
PBOC sendiri juga telah bertindak dengan hati-hati, tertahan oleh beberapa faktor seperti melemahnya yuan dan risiko-risiko stabilitas keuangan, mengingat tingkat hutang yang tinggi di dalam perekonomian.
Ahli strategi senior China di Australia & New Zealand Banking Group, Xing Zhaopeng juga mengatakan bahwa dengan fokus PBOC pada stabilisasi mata uang, bank sentral tersebut tidak dapat berbuat banyak dalam jangka pendek.
"Sulit untuk melihat pertumbuhan kredit berbalik arah," jelasnya, dan mengatakan bahwa risiko deflasi kedepannya akan tetap ada.
Juli biasanya menjadi bulan dengan aktivitas-aktivitas pembiayaan yang lemah. Bank-bank tidak terburu-buru untuk memenuhi target-target pinjaman mereka di awal kuartal. Bulan juni juga merupakan bulan yang kuat untuk kredit, yang dapat mempengaruhi permintaan pada bulan lalu.