Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia melesat ke 5,17 persen secara tahunan atau year-on-year (yoy). Pencairan Tunjangan Hari Raya (THR) dan Gaji ke-13 pun menjadi salah satu faktor pendorongnya.
Konsumsi rumah tangga tumbuh 5,23 persen (yoy) menjadi tulang punggung ekonomi pada kuartal ini. BPS mencatat kelompok pengeluaran tersebut memberikan kontribusi sebesar 53,31 persen terhadap pertumbuhan ekonomi.
Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Moh. Edy Mahmud menyampaikan konsumsi rumah tangga terus tumbuh positif didorong oleh Hari Raya Keagamaan dan Nasional (HBKN), seperti Ramadan, Idulfitri, dan Iduladha.
Selain itu, pada kuartal II/2023 pemerintah menyalurkan Tunjangan Hari Raya (THR) dan gaji ke-13 bagi aparatur sipil negara (ASN).
“Dari sisi daya beli, ada tambahan pendapatan THR dan gaji ke-13 PNS yang dibayarkan pada kuartal II/2023. Dorongan konsumsi rumah tangga tercermin dari mobilitas masyarakat selama periode libur HBKN maupun libur sekolah,” ujarnya dalam konferensi pers, Senin (7/8/2023).
Sebelumnya, konsumsi rumah tangga tersebut tumbuh lebih baik bila membandingkan dengan kuartal sebelumnya, yaitu 4,54 persen.
Baca Juga
Sementara bila membandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang sebesar 5,51 persen, capaian konsumsi rumah tangga kuartal II/2023 masih lebih rendah.
Secara rinci, pada kuartal II/2023 kelompok konsumsi rumah tangga tumbuh tinggi antara lain, Transportasi dan Komunikasi, Pakaian, Alas Kaki dan Jasa Perawatannya, serta Restoran dan Hotel.
Dari sisi komponen pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi, tercatat masih tumbuh positif didorong oleh pertumbuhan barang modal bangunan serta peralatan dan mesin.
PMTB tumbuh 4,63 persen (yoy), naik signifikan dari kuartal sebelumnya yang sebesar 2,11 persen. Utamanya didorong oleh impor barang-barang modal. PMTB juga memberikan andil cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi kuartal II/2023 sebesar 27,9 persen.
Selain itu, kinerja ekspor pada periode ini tercatat terkontraksi 2,75 persen (yoy). Edy menyebutkan bahwa ekspor jasa masih tumbuh tinggi sebesar 43,14 persen seiring dengan jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang meningkat.
Sementara itu, dia mengatakan ekspor barang anjlok ke -5,64 persen, utamanya karena penurunan nilai ekspor dari bahan bakar mineral dan gas alam.
Meski demikian, ekpor masih mencatatkan kontribusi yang cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi RI pada periode ini, yaitu sebesar 20,25 persen.