Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mewanti-wanti bahwa tingkat ketidakpastian ekonomi global masih sangat tinggi, terutama pada semester II/ tahun ini.
Perdagangan internasional hingga akhir tahun diperkirakan hanya tumbuh sekitar 2 persen, melambat signifikan jika dibandingkan dengan perdagangan pada 2021 yang tumbuh 10,7 persen.
Dari sisi produksi, berdasarkan data terakhir, sebanyak 61,9 persen negara G20 mengalami PMI manufaktur yang kontraktif, termasuk negara-negara besar seperti Amerika Serikat (AS), Eropa, Jerman, Perancis, Inggris, Jepang, Korea Selatan, bahkan negara tetangga seperti Malaysia dan Vietnam.
Sementara itu, Indonesia masih termasuk salah satu negara yang PMI manufaktur mengalami ekspansi, bersama dengan Turki dan Meksiko.
Dari sisi harga komoditas global, Sri Mulyani mengatakan bahwa ketidakpastiannya pun masih sangat tinggi. Dia mencontohkan, beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga drastis, yaitu gas alam, batu bara, dan minyak mentah, saat ini telah mengalami koreksi ke bawah atau normalisasi harga.
“Ini yang saya sampaikan bahwa fenomena global akan mempengaruhi dan merembes ke seluruh negara di dunia termasuk di Indonesia yang harus kita waspadai,” kata Sri mulyani.
Baca Juga
Dia juga menyoroti situasi global, di mana Rusia telah mengakhiri perjanjian black sea grain. Hal ini dikhawatirkan akan menambah volatilitas harga komoditas pangan dan memicu tekanan pada inflasi.
“Ini berarti pada paruh kedua tahun ini kita akan sangat dipengaruhi ketidakpastian dari komoditas hampir mirip seperti situasi pada 2022,” jelasnya.
Dia menyampaikan bahwa perkembangan ekonomi global hingga pertengahan tahun 2023 menunjukkan prospek yang lebih baik dibandingkan dengan perkiraan awal.
Sebelumnya, ekonomi dunia diproyeksi gelap gulita sejalan dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi yang hanya sebesar 2,1 persen, turun signifikan dibandingkan dengan pertumbuhan pada 2022 sebesar 6,3 persen.
Selain itu, diperkirakan juga banyak negara akan mengalami resesi perekonomian, terutama negara maju.
“Sekarang situasi sudah tengah tahun dan kondisinya ternyata agak lebih baik dari yang diperkirakan semula,” imbuhnya.