Bisnis.com, JAKARTA - Pemanfaatan bioteknologi tanaman, khususnya benih, berpotensi meningkatkan produksi jagung di Indonesia.
Salah satu metode yang digunakan dalam bioteknologi tanaman adalah tanaman Genetically Modified Organism (GMO) atau biasa disebut tanaman Produk Rekayasa Genetika (PRG). Metode ini bertujuan untuk mengubah atau memodifikasi sifat dan karakteristik tanaman secara genetik.
Melalui bioteknologi tanaman, sifat-sifat yang diinginkan dapat diperkenalkan ke dalam tanaman untuk mencapai berbagai tujuan, seperti ketahanan terhadap hama dan penyakit, toleransi terhadap kondisi lingkungan yang ekstrem, peningkatan kualitas nutrisi, dan juga peningkatan produktivitas.
Terkait hal tersebut di atas, KADIN Indonesia Bidang Pertanian mengadakan FGD Nasional dengan tema Bioteknologi Tanaman Pangan: Kemajuan, Tantangan, dan Implikasi Untuk Peningkatan Produksi Jagung Nasional.
Wakil Ketua Umum Bidang Pertanian KADIN Indonesia Arif P. Rachmat menjelaskan bahwa bioteknologi tanaman telah menjadi topik yang penting dalam konteks keamanan pangan global. Dalam era modern ini, populasi dunia terus bertambah sementara lahan pertanian terbatas.
"Bioteknologi tanaman menawarkan solusi inovatif untuk meningkatkan produktivitas, menghadapi tantangan lingkungan, dan memastikan ketersediaan pangan yang cukup," paparnya dalam siaran pers, Rabu (26/7/2023).
Baca Juga
Namun, sambung Arif, penting untuk diingat bahwa implementasi bioteknologi tanaman harus dilakukan dengan tanggung jawab. Aspek etika, keamanan pangan, dan regulasi yang ketat harus diperhatikan untuk memastikan penggunaan teknologi ini memberikan manfaat maksimal bagi kesehatan manusia dan lingkungan.
Bioteknologi tanaman pangan yang salah satu varietasnya telah mendapatkan izin pelepasan dari pemerintah adalah benih jagung. Deputi Bidang Ketersediaan & Stabilisasi Pangan, Badan Pangan Nasional I Gusti Ketut Astawa dalam FGD tersebut mengatakan bahwa penggunaan bioteknologi benih jagung akan memberikan banyak manfaat bagi Indonesia.
Manfaat bioteknologi jagung antara lain meningkatkan produktivitas tanaman jagung, menambah cadangan pangan, berkontribusi pada ketahanan pangan negara, mengurangi ketergantungan pada impor, mengurangi stunting dan juga memberikan stabilitas pasokan bahan pangan dalam negeri.
Kepala Balai Besar Pengujian Standar Instrumen Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian (BSIP Biogen) Kementerian Pertanian Mastur mengatakan
bahwa varietas baru termasuk tanaman PRG sangat dibutuhkan bukan hanya oleh Indonesia, melainkan juga dunia.
Terlebih, saat ini masuk pada krisis pangan global. Proses pelepasan tanaman PRG sudah melalui berbagai prosedur, termasuk saat mendapatkan rekomendasi dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan terkait keamanan lingkungan, rekomendasi dari Kementerian Pertanian terkait keamanan pakan serta BPOM terkait keamanan pangan.
Setelah itu, pemantauan rutin dilakukan pada tahun ketiga sejak tanaman PRG beredar dengan tujuan untuk mendeteksi kemungkinan adanya pengaruh merugikan dari penanaman varietas PRG tersebut, dengan waktu pemantauan rutin selama 3 tahun berturut-turut.
Sejauh ini terdapat 8 Varietas bioteknologi tanaman jagung yang telah dilepas dan siap diedarkan, dimana hal tersebut akan membantu produktivitas dan kecepatan dalam menutupi defisit jagung di bulan-bulan berikutnya.
Market Development Lead Indonesia PT BAYER Ibnu Ridwan mengatakan bahwa salah satu kendala yang dihadapi adalah lamanya waktu untuk persetujuan keamanan hayati yang memerlukan waktu minimum 7 tahun.
Hal ini kemungkinan dikarenakan persetujuan keamanan lingkungan PRG mensyaratkan produksi data lokal yang membutuhkan waktu pemenuhan yang lama, selain itu kapasitas kajian tim teknis terbatas (waktu dan sumber daya).
Ibnu juga menambahkan perlunya menjadikan Industri Benih Nasional sebagai salah satu industri strategis oleh Kementerian Perindustrian, di mana ini akan
menunjang Kemandirian Pangan Nasional dan kesiapan Indonesia menghadapi tantangan global terkait krisis pangan yang mungkin terjadi.
Ketua Komtap Ketahanan Pangan KADIN Indonesia Prof. Hermanto Siregar memberikan masukan kepada pemerintah untuk mendorong kebijakan yang dapat memperpendek waktu penyelesaian dan mengurangi hambatan administratif yang tidak perlu.
Pemerintah juga dapat mewadahi pemangku kepentingan untuk meningkatkan koordinasi antara berbagai instansi terkait, dalam proses penerbitan persetujuan keamanan hayati, serta memperkenalkan mekanisme pemantauan dan penilaian kinerja untuk mengurangi perlambatan dan memastikan waktu penerbitan yang lebih cepat.
"Selain itu, industri benih harus dilihat sebagai industri yang strategis, kompleks, dan bernilai investasi tinggi (modal & teknologi)," jelasnya.
Menurutnya, industri benih harus dijadikan sebagai sektor terdepan dalam pengembangan pertanian Indonesia dan yang terakhir. Industri benih juga harus dimasukkan ke dalam lingkup pembinaan Kementerian Perindustrian.
Dari diskusi pada FGD Nasional tersebut juga dihasilkan beberapa masukan terkait perlunya terobosan-terobosan kebijakan mengenai percepatan langkah-langkah strategis untuk kesiapan produksi Benih Jagung Bioteknologi tersebut, yang diharapkan dapat mempercepat kesiapan Indonesia dalam menghadapi tantangan krisis pangan yang mungkin terjadi.
Sebagai tindak lanjut dari FGD Nasional ini, selanjutnya akan diadakan acara kunjungan ke NTB dari KADIN Indonesia beserta jajaran terkait dari Kementerian Pertanian, Badan Pangan Nasional dan juga PEMDA setempat untuk meninjau persiapan yang telah dilakukan PT BAYER.
BAYER merupakan selaku salah satu produsen bioteknologi benih jagung terkait di demplot lahan Jagung Bioteknologi PT BAYER dan Sistem Closed Loop yang bekerjasama dengan PT Seger Agro Nusantara (SAN) sebagai off-taker. Acara berlangsung pada Rabu (26/7/2023).