Bagi Aldi, konten kreatif merupakan bisnis bercerita, dan berbagai stakeholder Tanah Air, dari pemerintah sampai korporasi besar, sebenarnya punya beragam bekal untuk mengoptimalkan potensi itu.
Contohnya, berkat nuansa pencak silat, The Raid sempat menjadi tolok ukur baru dalam adegan laga di dunia perfilman dunia, terutama soal aksi pertarungan satu lawan satu. Film ini pun sukses mengantarkan beberapa aktornya membintangi film Hollywood.
Terbaru, film populer seperti Mencuri Raden Saleh dan Ngeri-Ngeri Sedap yang sempat viral di platform over the top (OTT) global sekaliber Netflix, juga menjadi gambaran bahwa budaya dan sejarah Indonesia bisa disajikan secara modern dengan kualitas yang tak kalah dengan film-film mancanegara.
“Bayangkan, itu baru dari satu sejarah, satu suku. Betapa banyak film yang bisa dihasilkan kalau mengulik lagi lebih banyak sejarah dan budaya khas Indonesia. Selain itu, masyarakat dalam negeri pun semakin punya kesadaran untuk mendukung film-film lokal. Ini modal domestik yang kuat untuk menghidupkan multiplier effect industri film buat perekonomian nasional, tak terkecuali buat UMKM,” jelasnya.
Sementara itu, Aldi menjelaskan bahwa produk-produk besutan UMKM Tanah Air sebenarnya punya tempat tersendiri di kancah global, terutama produk makanan dan minuman.
Sebagai contoh, realisasi ekspor Pipiltin Cocoa dan Kopi Kalyan bisa menjadi gambaran nyata bahwa cokelat khas dan kopi specialty yang berkualitas dari Indonesia ternyata sangat diapresiasi warga dunia.
Baca Juga
Alhasil, potensi-potensi itu harus terus didorong kolaborasinya dengan industri film dan konten kreatif, di mana berperan sebagai industri yang bisa menjadi jembatan pembawa pesan dan cerita buat warga dunia.
“Misalnya soal kopi specialty, sampai sekarang dari daftar rekomendasi Top 10 Dunia, Indonesia setiap tahun hanya ada satu-dua yang muncul, kalah dari Brazil dan Kolombia. Padahal, kopi specialty berkualitas di sini banyak sekali. Semua ini harusnya bisa dioptimalkan promosinya lewat industri kreatif, lewat ekspor budaya, kisah, dan cerita, melalui konten berkualitas,” jelasnya.
Adapun, dari sisi Indonesia, berdasarkan pemaparan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI Sandiaga Uno dalam Jumpa Pers Akhir Tahun 2022 yang disiarkan awal tahun ini, nilai tambah dari ekonomi kreatif Tanah Air masih berkisar Rp1,2 triliun.
Sementara itu, nilai ekspor ekonomi kreatif mencapai US$24,79 miliar per November 2022, terbilang naik ketimbang capaian periode 2020 senilai US$18,78 miliar dan sepanjang 2021 senilai US$23,9 miliar. Tahun ini, Kemenparekraf menargetkan ekspor sektor ekonomi kreatif bisa tembus US$26,46 miliar.
Menariknya, Menparekraf pada pemaparannya tersebut juga menyoroti moncernya prestasi perfilman Indonesia, serta terus bangkitnya berbagai jenama lokal besutan UMKM, terutama produk-produk fesyen berkelanjutan, sebagai peluang penyumbang utama dalam pertumbuhan sektor ekonomi kreatif Tanah Air tahun ini.
Alhasil, patut ditunggu munculnya berbagai jenama lain sekaliber ‘Kopiko’ yang punya kesadaran mendukung film-film Indonesia menembus pasar dunia.