Bisnis.com, JAKARTA - Pengusaha memprediksi soal kinerja bisnis ritel di tengah tekanan inflasi yang meningkat pada akhir tahun ini.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Nicholas Roy Mandey optimistis kinerja ritel tahun ini akan tumbuh sekitar 3-3,5 persen year on year (yoy).
Meskipun sebelumnya survei Penjualan Eceran Bank Indonesia memperkirakan tekanan inflasi meningkat pada November 2023 dan outlook pemerintah yang menaikkan batas atas inflasi dari semula 3,3 - 3,6 persen menjadi 3,3 - 3,7 persen.
"Tahun ini kita melihat adanya harapan, optimisme dari para peritel," ujar Roy saat dihubungi, Rabu (12/7/2023).
Roy menuturkan optimisme itu muncul dari adanya pencabutan status pandemi Covid-19 menjadi endemi oleh pemerintah sejak 21 Juni 2023. Status endemi membuat peritel yakin konsumsi masyarakat meningkat seiring mobilitas yang kembali normal.
Aprindo mengacu pada Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) April 2023 sebesar 126,1 lebih tinggi dibandingkan Maret 2023 sebesar 123,3. Meskipun momentum lebaran terjadi pada April 2023, Roy menyebut peningkatan IKK di Mei 2023 cukup membantu meningkatkan optimisme ritel. Bank Indonesia mencatat IKK Mei 2023 sebesar 128,3.
Baca Juga
"Memang itu [kenaikan IKK] tidak signifikan, tapi menunjukkan masyarakat cukup yakin membelanjakan uangnya," tutur Roy.
Selagi pemerintah bisa mengendalikan inflasi di bawah 4 persen, menurut Roy kinerja ritel hingga akhir tahun bisa tetap terjaga dengan baik. Karena itu, memastikan kelancaran pasokan bahan pokok dan barang penting menjadi krusial dilakukan untuk mencegah lonjakan harga yang berdampak pada tingginya inflasi.
Adapun hingga kini upaya pemerintah untuk menjaga kelancaran rantai pasok dinilai masih mumpuni. Roy menganggap antisipasi presiden dalam menghadapi dampak El Nino terhadap ketersediaan pangan sudah tepat dengan melakukan rapat koordinasi dengan para menterinya. Tak hanya sekadar mengurusi produksi di hulu, Roy menyebut pemerintah kini juga fokus mengurusi hilirisasi bahan pokok hingga ke konsumen.
Di satu sisi, program bantuan sosial berupa pangan hingga bantuan langsung tunai (BLT) kepada 26-27 juta masyarakat marginal ke bawah diharap tetap berlanjut. Musababnya, bansos dan BLT disebut dapat mendongkrak purchasing power mereka.
Adapun dari sisi kebijakan moneter, Bank Indonesia diharap dapat menahan suku bunga acuannya tetap di 5,75 persen. Dengan begitu, kredit di masyarakat untuk berbelanja tetap tumbuh.
Roy menambahkan, untuk menjaga stabilitas konsumsi masyarakat dalam anemo tahun politik, pemerintah harus memastikan pesta demokrasi berjalan dengan kondusif. Kampanye politik yang akan dimulai pada September 2023 diklaim dapat meningkatkan spending money di masyarakat hingga mengkerek kinerja ritel.
"Partai-partai politik harus mawas diri untuk menjaga keamanan pesta demokrasi," ucapnya.