Bisnis.com, JAKARTA - Megaproyek pembangkit listrik 35.000 megawatt (MW) yang digagas Presiden Joko Widodo (Jokowi) belum juga rampung menjelang akhir masa jabatannya. Penyelesaian proyek ambisius yang diluncurkan pada 2015 itu telah molor jauh dari target awal yang direncanakan.
Direktur Utama PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo mengungkapkan, penyelesaian pembangunan proyek 35.000 MW itu
seharusnya rampung pada 2019. Namun, penyelesaian harus molor dari target awal karena seiring berjalannya waktu, pertumbuhan konsumsi listrik ternyata tidak setinggi proyeksi awal pemerintah.
Alhasil, sistem kelistrikan PLN mengalami kelebihan pasok atau oversupply karena pertumbuhan permintaan beban cukup timpang dibandingkan dengan masuknya tambahan pasokan listrik.
"Kami kebebanan penambahan pasokan waktu itu diperkirakan 7 gigawatt [GW] di 2021, sedangkan di saat bersamaan penambahan beban [permintaan] ini hanya di Jawa 1,1 GW. Jadi ada kelebihan 6 GW. Tentu saja waktu itu diprediksi keuangan PLN akan ambruk dengan kondisi yang sangat sulit itu,” ungkap Darmawan dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR RI, dikutip Jumat (7/7/2023).
Guna mengurangi tekanan beban keuangan PLN akibat oversupply listrik, perseroan akhirnya mulai merenegosiasi kesepakatan jual beli listrik atau power purchase agreement (PPA) sejumlah proyek 35.000 MW atau 35 gigawatt (GW) yang digarap pengembang listrik swasta.
Konsekuensi dari upaya renegosiasi PPA tersebut membuat jadwal operasi sejumlah proyek harus mengalami penundaan sekitar 2 tahun dan secara keseluruhan proyek 35.000 MW mundur sekitar 5 tahun.
Baca Juga
"Dulu 35 GW dirancang untuk 5 tahun. Dengan adanya renegosiasi maka jadwalnya kami undurkan dari yang tadinya harus selesai 2019, kami undur jadi 2026," ujar Darmawan.
Secara terperinci, sebagian besar proyek 35.000 MW dikerjakan oleh produsen listrik swasta atau independent power producer (IPP), yakni sebanyak 539 unit (70,3 persen) dengan total kapasitas sebesar 24,89 GW, sedangkan sisanya sebanyak 431 unit pembangkit (29,7 persen) dengan total kapasitas 10,57 GW dibangun PLN.
Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), hingga Desember 2022, sebanyak 415 unit pembangkit dengan kapasitas 16.596 MW atau 47 persen dari proyek pembangkit 35.000 MW telah commercial operation date (COD) atau sudah beroperasi.
Dari 415 unit pembangkit yang sudah COD tersebut, 189 unit di antaranya berasal dari IPP, sementara 226 unit lainnya berasal dari PLN. Sementara itu, 572 unit pembangkit listrik sudah berkontrak yang dipastikan akan dibangun setelah mendapat pendanaan.