Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bos PLN Blak-blakan Update Terbaru Megaproyek Pembangkit Listrik 35.000 MW

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengungkapkan progres kelanjutan megaproyek pembangkit listrik 35.000 megawatt (MW) yang digagas Presiden Jokowi.
Turbin Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Sidrap tertutup kabut di Kecamatan Watang Pulu Kabupaten Sindereng Rappang, Sulawesi Selatan, Senin (15/1)./JIBI-Abdullah Azzam
Turbin Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Sidrap tertutup kabut di Kecamatan Watang Pulu Kabupaten Sindereng Rappang, Sulawesi Selatan, Senin (15/1)./JIBI-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Direktur Utama PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo mengungkapkan bahwa megaproyek pembangkit listrik 35.000 megawatt (MW) terus berlanjut, meski harus mengalami pengunduran target penyelesaian.

Menurut catatan PLN, sampai dengan saat ini, proyek pembangkit listrik 35.000 MW atau 35 gigawatt (GW) yang telah berjalan mencapai sekitar 60 persen lebih.

"22-23 GW yang sudah ter-deliver, sudah commissioning," ungkap Darmawan dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR RI, dikutip Kamis (7/6/2023).

Namun demikian, dia mengakui bahwa proyek yang digagas oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) itu harus molor dari target awal yang ditetapkan.

Dalam perencanaan awal, kata Darmawan, penyelesaian pembangunan proyek 35.000 MW seharusnya rampung pada 2019. Namun, seiring berjalannya waktu, pertumbuhan konsumsi listrik ternyata tidak setinggi dari yang proyeksi awal pemerintah.

Alhasil, sistem kelistrikan PLN mengalami kelebihan pasok atau oversupply karena pertumbuhan permintaan beban cukup timpang dibandingkan dengan masuknya tambahan pasokan listrik.

Darmawan mengatakan, perseroannya pun akhirnya mulai merenegosiasi sejumlah kesepakatan jual beli listrik atau power purchase agreement (PPA) dari pengembang listrik swasta atau independent power producer (IPP) untuk mengatasi kondisi oversupply listrik agar tak membebani keuangan PLN.

Konsekuensi dari upaya renegosiasi PPA tersebut, membuat jadwal operasi sejumlah proyek harus mengalami penundaan sekitar 2 tahun dan secara keseluruhan proyek 35.000 MW mundur sekitar 5 tahun.

"Dulu 35 GW dirancang untuk 5 tahun. Dengan adanya renegosiasi maka jadwalnya kami undurkan dari yang tadinya harus selesai 2019, kami undur jadi 2026," ujar Darmawan.

Secara terperinci, sebagian besar proyek 35.000 MW dikerjakan oleh IPP, yakni sebanyak 539 unit (70,3 persen) dengan total kapasitas sebesar 24,89 GW, sedangkan sisanya sebanyak 431 unit pembangkit (29,7 persen) dengan total kapasitas 10,57 GW dibangun PLN.

Berdasarkan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), hingga Desember 2022, sebanyak 415 unit pembangkit dengan kapasitas 16.596 MW atau 47 persen dari proyek pembangkit 35.000 MW telah commercial operation date (COD) atau sudah beroperasi.

Dari 415 unit pembangkit yang sudah COD tersebut, 189 unit di antaranya berasal dari IPP, sementara 226 unit lainnya berasal dari PLN. Sementara itu, 572 unit pembangkit listrik sudah berkontrak yang dipastikan akan dibangun setelah mendapat pendanaan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper