Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pangan Nasional (Bapanas) akan terus memantau tiga komoditas pangan yang berkontribusi signifikan terhadap inflasi Juni 2023, seperti daging ayam, telur ayam, dan bawang putih.
Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi mengatakan, pihaknya akan terus mendorong dinas yang membawahi urusan pangan untuk melaksanakan kegiatan operasi pasar atau Gerakan Pangan Murah (GPM) di provinsi atau kabupaten/kota masing-masing.
“Saat ini langkah pengendalian inflasi kita fokuskan kepada tiga komoditas tersebut [telur, daging ayam dan bawang putih]. Secara bertahap komoditas lain juga terus kita pantau,” ujar Arief dalam keterangan tertulis, Selasa (4/7/2023).
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi bulanan atau month-to-month pada periode Juni 2023 sebesar 0,14 persen. Angka ini lebih tinggi dibandingkan inflasi Mei 2023 yang sebesar 0,09 persen. Komoditas penyumbang inflasi secara bulanan terbesar di antaranya adalah daging ayam ras dengan andil sebesar 0,06 persen.
Kemudian, ada tarif angkutan udara yang menyumbang inflasi sebesar 0,04 persen, serta telur ayam ras dengan andil sebesar 0,02 persen. Lalu, untuk kontrak rumah, bawang putih, rokok kretek filter serta mentimun, masing-masing memberikan andil sebesar 0,01 persen.
“Kita akan dorong GPM terus dilakukan. Pelaksanaannya bisa dilakukan secara general [seluruh komoditas pangan] atau spesifik dengan memprioritaskan komoditas yang harganya sedang tinggi. Seperti minggu lalu kita lakukan GPM khusus daging ayam ras di lebih dari 3.900 titik bersama Pemda, BUMD, private sector, dan asosiasi untuk menjaga stabilitas harga daging ayam nasional,” jelas Arief.
Baca Juga
Pada 26 Juni 2023, dalam rangka menekan inflasi jelang Iduladha, Bapanas juga telah melakukan launching GPM serentak di 38 provinsi dan 300 kabupaten/kota dengan jumlah pelaksanaan GPM terfasilitasi sebanyak 341 titik.
Arief menegaskan, untuk mempertahankan tren pengendalian inflasi pangan bulan Juli 2023 akan terus difokuskan pada upaya memperkuat konektivitas pangan antar daerah. Hal tersebut guna menjaga stabilisasi stok dan harga pangan, serta meningkatkan keterjangkauan pangan masyarakat.
Untuk memastikan tercapainya sasaran tersebut, pemerintah terus melakukan sejumlah intervensi, di antaranya melalui fasilitasi distribusi pangan (FDP) antardaerah, penyaluran cadangan pangan pemerintah (CPP) untuk stabilisasi harga dan bantuan pangan, serta operasi pasar atau GPM.
Terkait pelaksanaan FDP, Arief mengatakan, pada periode Maret sampai 2 Juli 2023, Bapanas telah melaksanakan FDP sebanyak 1.215,7 ton, terdiri atas pendistribusian jagung sebanyak 1.113 ton, serta komoditas lainnya seperti beras, gula, minyak goreng, telur ayam, bawang merah, dan terigu.
Pengendalian inflasi juga akan terus dilakukan dengan mengoptimalkan stok CPP, melalui penyaluran CPP untuk program beras SPHP Bulog yang dijual sesuai harga eceran tertinggi (HET) di seluruh Indonesia dan melalui bantuan pangan (beras, daging ayam, dan telur ayam) selama 3 bulan.
“Penyaluran untuk 3 bulan pertama telah hampir rampung, saat ini kita sedang berupaya untuk mengajukan penambahan periode penyaluran bantuan selama 3 bulan ke depan,” ujar Arief.
Dia mengatakan, penambahan periode bantuan ini diharapkan memperkuat upaya pengendalian inflasi ke depan.
“Upaya pemberian bantuan pangan ini sejalan dengan arahan Bapak Presiden dalam sidang kabinet paripurna hari ini, yang menekankan akan tetap melakukan subsidi, bantuan sosial untuk menjaga daya beli masyarakat,” ungkapnya.
Sampai dengan 1 Juli 2023, penyaluran bantuan pangan beras telah terealisasi sebanyak 637.263 ton atau 99 persen dari total alokasi 3 bulan, sedangkan bantuan pangan daging ayam dan telur ayam telah terealisasi sebesar 1,388 juta paket atau 96 persen untuk alokasi batch pertama.