Bisnis.com, JAKARTA - Ketua Dewan Gubernur bank sentral AS Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell mengatakan bahwa pertarungan untuk menurunkan inflasi ke target 2 persen masih memiliki jalan yang panjang.
Mengutip Reuters, Rabu (21/6/2023), hal tersebut diungkapkan Powell dalam kesaksian yang disampaikan kepada Komite Jasa Keuangan DPR AS.
Kesaksian tersebut merupakan pemeriksaan pertama dari dua penampilan di Capitol Hill minggu ini sebagai bagian dari laporan dua kali dalam setahun kepada anggota parlemen federal.
Sebagaimana diketahui, Komite Pasar Terbuka Federal atau FOMC pada Kamis (15/6) menahan suku bunga acuan di angka 5-5,25 persen.
Powell mengatakan keputusan untuk menahan suku bunga tersebut dilakukan sebagai langkah hati-hati yang memungkinkan komite untuk menilai informasi tambahan dan implikasinya terhadap kebijakan moneter.
Tak hanya itu, The Fed juga mengisyaratkan suku bunga akan naik dua kali lagi pada 2023 di atas kisaran median 5,5 persen hingga 5,75 persen.
Baca Juga
Selain itu, investor secara luas memperkirakan kenaikan akan dilanjutkan pada pertemuan Juli mendatang, setelah The Fed menghentikan siklus kenaikan dalam 15 bulan.
Contohnya, sebagian besar bank besar di Wall Street memproyeksi bahwa akan ada kenaikan suku bunga acuan pada Juli 2023 nanti.
Tabel Proyeksi Bank Besar di Wall Street
Bank |
Ekspetasi Juli 2023 |
Citigroup |
Kenaikan 25 bps |
HSBC |
Kenaikan 25 bps |
UBS |
Kenaikan 25bps |
Deutsche Bank |
The Fed menaikkan suku bunga sekali lagi pada Juli |
Goldman Sachs |
kenaikan 25 bps |
Barclays |
Mengharapkan kenaikan 50 bps hingga September; mengharapkan The Fed akan memberi sinyal kenaikan pada bulan Juli |
J.P.Morgan |
Tidak ada kenaikan |
Morgan Stanley |
Tidak ada kenaikan |
BofA |
Kenaikan Juli dilihat "sangat mungkin" |
Wells Fargo |
Tidak ada kenaikan |
Mitra Cherry Lane Investments Rick Meckler mengatakan The Fed berada dalam posisi yang sulit antara memerangi inflasi sebagai prioritas nomor satu dan tidak mendorong pasar terlalu jauh sehingga menciptakan masalah dalam sistem perbankan.
"Kenyataannya adalah bahwa The Fed agak terbatas pada seberapa jauh mereka dapat menaikkan suku bunga. Hal ini sudah menimbulkan banyak konsekuensi negatif yang tidak diinginkan. Harga-harga saham dan harga-harga rumah terus meningkat dan hal ini bisa menjadi inflasi,” ungkap Meckler seperti dilansir Reuters.